37. Hari raya

881 101 135
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak sebelum membaca

   Ada typo? Komentar ya makasih

  
Happy Reading

       Suara takbiran sangat nyaring di setiap masjid, waktu menuju kan jam setengah empat Ratih mulai menatap jam ia hanya bisa diam tidak bergerak sama sekali.

   Tiara mulai menyadari Ratih terbangun. "Lemas ya? Makan dulu yuk baru solat bersama dengan yang lain," ajak Tiara menatap Ratih.

   Ratih terdiam mulai berpikir Gus Ikhsan ia mulai meneteskan air matanya karena mengingat dirinya. "Ratih kenapa menangis?" Tanya Tiara.

"Astagfirullah, mengapa hati ini terus merasakan kesedihan mendalam bahkan pikiran ini terus berpikir tertuju padanya," ucap Ratih menghapus air matanya itu, Tiara terdiam mendengar ucapan Ratih.

   Disisi lain Gus Ikhsan sudah duduk di tempat belajarnya dengan pakaian sudah rapih memakai baju koko berwarna marron di campur dengan warna abu-abu di lengannya sedikit dan ia memakai sarung berwarna hitam memakai peci, ia memakai jam tangan  menatap Al Qur'annya itu.

"Aku yakin kamu akan berhasil Ratih, semangat terus karena Habib Raihan akan mengajar dirimu. Dia sedikit pemarah akan tetapi dia bisa membimbing kamu lebih baik dari pada diriku, aku tidak usah khawatir bahkan merasakan sedih Ikhsan dia akan bahagia atas kesuksesannya nanti," ucap Gus Ikhsan mulai bertaafudz lalu ia mulai membaca Al Qur'an.

   Tiara mulai memegang tangan Ratih mulai bertanya kembali. "Kenapa?" Tanya Tiara.

"Ibu aku mau bertanya zina pikiran itu berdosa bukan? Lalu apa yang harus dilakukan apa yang harus bisa menembus kesalahan itu?" Tanya Ratih.

"Maksud kamu bertaubat? Berdzikir dan meminta ampunan, setiap manusia pasti akan ada rasa cinta datang secara tiba-tiba namanya juga manusia pasti tidak luput dari kesalahan, berdzikir dan meminta pengampunan. Makan yuk," ajak Tiara pergi ke dapur untuk memanaskan makanan.

   Sedangkan Naina sudah bersiap-siap.memakai pakaian rapih, pakaian seragam tahfidz Al Qur'an sekamarnya berwarna pink dan abu-abu dengan sarung berwarna hitam memakai kerudung pink.

"Ibu katakan cantik belum?" Tanya Naina.

    Tiara sudah menyalakan kompor dan mulai memberikan kode karena ada Ratih dibelakang dengan berjalan secara perlahan. "Ratih sayang, selamat pagi," ucap Naina tersenyum.

"Wah mbak cantik sekali, apakah aku ada seragam kali ini? Oh ya aku tidak memesannya bahkan uang ku saja belum ada buat baju seragaman kamar," ucap Ratih.

    "Ratih, kata ibu Tiara kamu dibelikan pakaian oleh Ayahmu? Pakai saja itu, masih ada kan yang belum pernah di pakai?" Tanya Naina.

   "Ada mbak, maroon dan di kombinasikan hiasan berwarna abu-abu lengannya juga ada abu-abunya bagus sekali menurutku itu baju paling bagus kombinasinya sangat indah, aku akan memakainya," ucap Ratih tersenyum Mania menuntun Ratih berjalan menuju ruang makan untuk makan lebih dulu.

   Tiara mulai menyiapkan makanan untuk ratih setelah itu ia bergegas mandi, sedangkan Naina menunggu Ratih selesai makan. Ya Tiara menggunakan jas berwarna hitam dan baju santriwati berwarna putih dengan sarung berwarna putih.

   Selesai makan Naina mengantar Ratih ke kamar untuk mandi dengan air hangat, ia menatap Tiara bercermin dengan wajah kesal. "Ibu kenapa kesal begitu?" Tanya Ratih.

"Ratih, aku heran saja dengan guru lain, tahun kemarin sangat indah baju seragamnya kenapa tahun ini malah netral sekali bajunya terlalu kaku," ujar Tiara.

Tangisan Santriwati (SELESAI) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang