50. Jadwal rutin

748 87 7
                                    

Assalamualaikum

Jangan lupa tinggalkan jejak sebelum membaca

Happy Reading

Ratih mulai membiasakan aturan yang ada di pondok pesantren tahfidz, sehabis solat dhuhur akan ada sekolah agama atau biasanya di sebut sekolah madrasah.

Ratih masuk ke kelas satu, nuansa kelas barunya begitu banyak perubahan, duduk di lantai dengan meja persegi panjang duduk untuk tiga orang dengan satu meja.

Meja persegi panjang itu terdapat sepuluh tertata rapih, papan tulis berwarna hitam meja guru di beri bantal duduk, dengan meja di berikan taplak meja dan teh panas.

Ratih duduk di urutan terakhir, akan tetapi semuanya mengajaknya untuk berduduk di bangku kedua.

Ratih duduk di bangku kedua menundukkan kepalanya mulai gugup, ia membawa kitab dari pondok pesantren salaf.

Kang Syamsi mulai datang membawa kitab fathul qorib, semua santriwati membaca doa sebelum belajar sangat antusias.

Semuanya mulai mendengarkan penjelasannya. Dua pelajaran dalam satu hari.

Pulang sekolah madrasah pada jam tiga sore, setelah selesai semua santriwati mulai mengambil wudhu dan solat empat rakaat.

Lonceng berbunyi dan suara adzan berkumandang setelah lonceng di bunyikan, semua santriwati mulai mengantri wudhu.

Kamar mandi terdiri dari dua puluh lima kamar mandi, kolam wudhu, pancuran air kran untuk tempat khusus mengambil wudhu.

Ratih mengantri kamar mandi dan mulai sembari membawa sikat gigi dan pembersih wajah.

Semua santriwati mengantri, panjang sembari menyebarkan tubuh di dinding menunggu gilirannya masuk.

Ratih tersenyum bahagia merasakan tidak ada beban walau masih ada suatu hal yang ia mulai pikirkan dengan baik.

"Istiqomah itulah yang aku harus pelajari," batin Ratih.

Setelah mengambil wudhu semuanya mulai berkumpul di masjid pondok tersebut, semua santriwati memakai mukenah berwarna putih berbaris rapih, membaca al Qur'an, sebagian lagi ada yang bertasbih.

Ratih lebih memilih untuk bertasbih untuk menentukan hatinya, menutup matanya jari kecilnya mulai menghitung dengan mengunakan tasbih berukuran kecil.

Semua santriwati hanya fokus kepada diri sendiri tanpa berpikir melihat sekelilingnya.

Selang beberapa menit kemudian imam datang semuanya sudah mulai menaruh kitab suci Al Qur'an dan tasbih mereka di tempatnya.

Empat rakaat itu sangat berharga, setiap rukun-rukun solat di laksanakan dengan hati yang bersih dan terasa nikmat jika di lakukan dengan sepenuh hati.

Setelah selesai solat ashar maka semua santriwati tidak ada jadwal, semua santriwati memulai kembali aktifitas menghafal kitab Al Qur'an itu sampai maghrib datang.

Ratih memasuki kamarnya begitu ramai, melipat mukenah sembari bercanda melempar sebuah candaan.

Ratih teringat di pondok salafnya selalu mendengarkan ucapan mbak Dewi yang selalu memberikan sebuah candaan membuat orang yang mendengarkannya akan tertawa.

Ratih mulai memakai hand body dan membersihkan wajahnya dengan pembersih wajah, memakai cermin berukuran kecil di genggamannya.

Santriwati melalukan hal yang sama sebelum beraktifitas kembali. Setelah selesai semuanya mulai mencari tempat yang tenang untuk membaca Al Qur'an dan menghafalnya.

Tangisan Santriwati (SELESAI) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang