Assalamualaikum semuanya
Jangan lupa tinggalkan jejak sebelum membaca
Ada typo? Komentar ya
Happy Reading
Dengan polosnya Elli menatap serpihan dengan senyuman yang manis. "Tambah antik," ucapnya.
Tiara mulai menggendong Elli dengan perlahan karena ia khawatir jika Elli berjalan terkena serpihan kaca.
"Huu anak Ibu ini, kenapa senyum sayang?" Tanya Tiara.
"Ibu, mau lihat itu," ucap Elli sembari menuju kan ke arah serpihan kaca tersebut.
"Hemm ini saja sayang," ucap Tiara mengambil bola berukuran kecil itu untuk mengalihkan pandangan Elli.
Elli mulai tersenyum sembari memegang bola tersebut, ia mulai mencium pipi kiri Tiara dengan hangat. "Ibu, Elli sangat menyayangi Ibu Tiala," ucap Elli.
"Ibu Tiala? Tiara sayang," ucap Tiara.
Bibi mulai membersihkan serpihan kaca itu, sedangkan Tiara mulai mengajak semuanya untuk duduk di ruang tamu dengan bahagia.
"Kalian sudah izin kepada ibu panti untuk ke sini?"Tanya Tiara.
Semuanya mengabaikan ucapan Tiara karena mereka tidak pernah melihat rumah semewah itu.
"Kasihan sekali adik-adikku ini, mereka tidak pernah merasakan kemewahan makan seadanya saja sudah sangat beruntung," batin Tiara.
Dring ...
Suara notifikasi dari telpon milik Tiara itu mulai berdering dengan sedikit nyaring. Ia mulai membuka sebuah pesan dari Gus Faiz.
Assalamualaikum Hemm saya mengirimmu uang walau pun jumlahnya sedikit akan tapi bisa menyenangkan anak yatim dan piatu membagi kebahagiaan kita akan menikah dengan membagi kebahagiaan kepada anak yatim dan piatu. Kamu lakukan itu di tempatmu dan aku juga melakukan di tempat rumah ku.
Tiara mulai tersenyum membaca pesan tersebut. "Sayang kemari sebentar ibu mempunyai pesan untuk kalian apakah kalian mau mendengarkan Ibu?" Tanya Tiara.
Semuanya mulai menatap Ibu, mengelilingi Ibu Tiara. "Hemm katakan apakah sudah izin kepada ibu panti untuk ke sini?" Tanya Tiara.
"Ya ibu, tadi sudah izin, panti asuhan dekat dari sini kami di antar oleh ustadzah Rima dia mengatakan tidak bisa ikut masuk karena ia akan membeli barang kebutuhan panti," jelas salah satu anak perempuan berumur dua belas tahun.
"Apakah kalian mau berjanji kepada Ibu?" Tanya Tiara.
Semuanya mulai menganggukan kepala sembari tersenyum. "Persyaratan pertama, jangan berpencar, ke dua jangan membuat keributan, ke tiga teratur, disiplin ya. Ibu akan bawa kalian jalan-jalan di taman, nanti kita beli makanan dan bawa ke panti asuhan nanti makan bersama dengan yang lain. Setuju?" Tawar Ibu.
"Tidak," jawabnya.
"Kenapa Lenni tidak setuju?" Tanya Tiara.
"Kami tinggal di panti bersama, tidak mungkin kami senang tidak bersama Ibu. Makan di tempat makan bersama-sama satu panti asuhan itu," jawab Lenni.
Tiara mulai menemukan sebuah ide. Ia mulai mem booking sebuah restoran untuk dua belas jam karena mengajak anak-anak yatim, piatu sebanyak tujuh puluh orang membutuhkan satu tempat serta pengurus panti untuk mengawasi setiap anak-anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangisan Santriwati (SELESAI) ✅
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA) Apa rasanya seorang anak yang tidak di anggap oleh kedua orang tuanya dan menitipkan di sebuah pesantren sejak berumur 5 tahun? Ratih menunjukan ia memilih air bunga itu. "Bagus saya sudah duga akan hal itu." Seorang...