59. Khawatir?

884 86 20
                                    

Assalamualaikum semuanua

Jangan lupa tinggalkan jejak sebelum membaca

Ada typo? Komentar ya

Happy Reading

   Fania mulai membulatkan matanya dengan sangat sempurna ketika segerombolan lelaki berjumlah empat orang itu menghampiri mereka berdua.

  Ratih tidak kuat sama sekali untuk berdiri, tubuhnya sudah sangat melemah, ia mulai melirik segerombolan lelaki itu menghampirinya.

  Fania mulai menghampiri Ratih untuk menarik Ratih. "PERGILAH FANIA, AKU TIDAK AKAN KENAPA-KENAPA ALLAH BERSAMAKU, SELAMATKAN DIRIMU SAJA!" Teriak Ratih.

  Teriakan Ratih itu membuat Fania berlari menghindari segerombolan lelaki itu meninggalkan Ratih.

     "KEJAR!" Teriak salah satu lelaki itu.

  Dua lelaki berjeans hitam dan berjaket hitam itu mengejar Fania, sedangkan dua lagi mengamankan Ratih.

"Kenapa? Lumpuh?" Tanya lelaki tersebut.

  Ratih mulai kembali meneteskan air matanya sembari memalingkan wajahnya itu, ia mulai ketakutan.

  Lelaki mulai berjongkok menatap Ratih mulai tersenyum tipis. "Wahh kenapa menangis? Kamu sangat cantik," puji lelaki tersebut.

    Ratih hanya bisa diam tidak bisa melakukan apa pun. "Gendong dia!" Pinta lelaki tersebut.

"Ti-dak, aku tidak mau ikut dengan kalian," ucap Ratih pandangannya mulai buram kepalanya semakin sakit  wajahnya semakin pucat ia mulai kembali pingsan.

"Akting atau beneran?" Tanya lelaki.

"Bawa saja, kita minta tebusan, atau kita lakukan hal lain," ucapnya.

   Lelaki itu mulai menggendong Ratih meninggalkan belajaan Ratih.

    Fania terus berlari sembari menangis, jantungnya terus berdetak dengan sangat kencang. "Ya Allah bantu aku dan Ratih," ucap Fania.

   Fania mulai berlari tanpa arah, ia mulai berlari ia mulai melihat bantuan dari Allah berupa tempat perlindungan yaitu kantor polisi.

Fania semakin berlari dengan kencang menuju kantor polisi ada dua orang polisi sendang memarkirkan motornya itu.

  "Ada apa?" Tanya polisi.

   Fania mengatur nafasnya sembari menujukkan di belakangnya. "Mereka mau menculik diriku," ucap Fania.

   Dua polisi itu mulai menatap dengan tatapan tajam. "Kejar!" Pintanya.

  Dua polisi itu mulai mengikuti dua penculik itu.

   Fania mulai melemah ia mulai jatuh pingsan, di tolong oleh polisi wanita.

     ★✩★✩

   Di rumah Habib Makmur, Habib Raihan mulai menatap dirinya di cermin sembari merapikan rambutnya itu, karena ia akan solat maghrib di masjid.

   Ia mulai tersenyum sembari menatap dirinya sendiri.

   Dring  ... dring

    Telpon Habib Raihan mulai berdering layar telponnya mulai menyala dan muncul nama Gus Ikhsan.

"Assalamualaikum ya kenapa Ikhsan?" Tanya Habib Raihan.

"Waalaikumussalam Mas, apa kabar?" Tanya Gus Ikhsan.

Tangisan Santriwati (SELESAI) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang