Assalamualaikum semuanyaJangan lupa tinggalkan jejak berupa vote membantu author pemula ini berkembang.
Ada typo? Komentar ya
Happy Reading
Fania dan Ratih tidak mengikuti setiap jadwal di pondok pesantren seperti biasanya, karena mereka dalam pemulihan mental setelah kejadian penculikan itu apa lagi dengan Ratih.
Tidak mudah bagi Ratih untuk melupakan kejadian itu.
Sudah dua hari di lalui setelah kejadian itu, seorang wanita duduk di lantai kamar Naina sembari memikirkan sesuatu.
Dia adalah Tiara, pikirannya mulai melayang memikirkan semuanya dengan hati yang terluka.
Flash back on
Tiara duduk di ruang tamu menunggu kedatangan Ayahnya itu, akhirnya yang di tunggu-tunggu datang juga.
"Ada apa, mau berbicara apa kamu?" Tanya Ayahnya itu.
"Meminta izin kepada Ayah, untuk menjadi wali di pernikahan diriku bersama Mas Faiz," ucap Tiara.
"Siapa dia? Gus Faiz maksudmu?" Tanya Ayahnya.
Tiara menganggukan kepalanya itu. "Kamu gila? Mencari pendamping hidup sepertinya? Dia tidak pengusaha kaya raya seperti Papa, dia tidak mempunyai sifat dan hoki di bisnis, mau makan apa kamu jika sama dia, tidak mungkin makan dengan ceramah," ucap Ayahnya.
"Ayah kira aku menikahi seseorang karena sebuah bisnis perusahaan, hoki rezekinya hem? Lagi pula dia punya segalanya tidak seperti Papa mempunyai uang yang banyak tapi tidak di pakai otaknya untuk melakukan hal yang baik," kesal Tiara.
"Haa mulai lagi, silahkan nikah sama dia asalkan berikan sebuah mahar berupa rumah satu milyar lebih satu mobil sport, perusahaan juga," jawab Ayahnya.
Tiara menghela nafasnya itu dengan kasar. "Lagi pula itu harganya tidak seberapa karena Papa sudah membiayai kamu sekolah, mondok, Lomba, makan sehari-hari, banyak sekali bukan? Itu tidak ada apa-apanya pemberian dia itu," ucap Ayahnya.
"Papa mau menjual Tiara? Dengarkan aku Pa, apa pun itu aku tidak mau menuruti kemauan Papa, untuk mahar itu. Pernikahan akan terjadi dengan mahar seadanya, Papa menjadi wali di pernikahan ini, titik keputusan Tiara tidak bisa di ganggu gugat. Tiara sudah lakukan apa pun keinginan Papa sekarang Tiara hanya minta itu jika Papa masih ada hati nurani maka lakukan keinginan Tiara," ucap Tiara pergi begitu saja menuju kamarnya.
Ia mulai mengemasi barang-barangnya untuk pergi memberikan jawaban langsung kepada Gus Faiz.
Flash back off
Tiara mulai meneteskan air matanya, betapa sakit hatinya ketika melihat perilaku kedua orang tuanya selalu merendahkan keinginan Tiara dan merendahkan setiap hal.
"Aku baru tahu, ada seorang Ayah sepertinya Ayah adalah cinta pertama anak perempuannya akan tapi tidak untuk Ayahku dia adalah lelaki yang pertama kalinya menyakiti seorang wanita," batin Tiara.
"Dia membicarakan suatu hal yang menyakiti hati diriku, apa kah aku salah menginginkan sebuah kebahagian sedikit saja, darinya? Dia mengengekang diriku setiap hari, berbicara selalu meremehkan orang lain, tidak kuat lagi hidup dengannya aku rindu dia yang dulu ketika ada Ibu," batin Tiara, tangisannya mulai terdengar jelas.
Ratih hanya bisa mendengarkan suara tangisan Tiara di balik pintu, ia enggan untuk memasuki kamar.
"Kenapa disini?" Tanya Fania.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangisan Santriwati (SELESAI) ✅
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA) Apa rasanya seorang anak yang tidak di anggap oleh kedua orang tuanya dan menitipkan di sebuah pesantren sejak berumur 5 tahun? Ratih menunjukan ia memilih air bunga itu. "Bagus saya sudah duga akan hal itu." Seorang...