Assalamualaikum
Jangan lupa tinggalkan jejak
Ada typo? Komentar ya
Happy Reading
Ratih melepas pelukannya itu dan mulai menceritakan pengalamannya di pondok pesantren.
Tiara dan Liya sangat senang atas apa yang Ratih lakukan selama ini. "Alhamdulillah sudah bisa menghafal, membaca dengan baik, jangan lupa di jaga itu hafalannya, ibu punya sesuatu untuk kamu," ucap Ibu Tiara sembari memberikan totebag berisikan sesuatu.
Sedangkan Liya juga memeberikan sesuatu untuk Ratih, yaitu sebuah kotak.
Ratih tersenyum bahagia mendapatkan sebuah hadiah. "Maaf merepotkan kalian jadinya, sebenarnya tidak usah membawa hadiah juga tidak apa-apa karena kehadiran kalian yang saya butuhkan," ucap Ratih.
"Tidak ada yang merepotkan, belajar yang rajin, hafalannya juga," ucap Liya.
"Ibu Tiara bagaimana setelah keluar pondok pesantren?" Tanya Ratih.
"Tidak tinggal bersama Ayah lagi, sekarang tinggal bersama Nenek," jawab Tiara.
Liya dan Ratih terkejut mendengar ucapan Tiara. "Saat kepulanganku itu di jemput sama Ayah dan Ibu tiri itu, awalnya saya kira mereka baik dan sudah berubah sedikit ternyata saya di perlakukan sama seperti dahulu, nenek menjemputku diam-diam dan aku ikut dengan nenek karena kasihan nenek dia sudah tua, hidupnya sendiri, Ayah benar-benar sangat kejam dan berubah sifatnya dengan sangat cepat," jelas Tiara.
"Ibu Tiara kerja?" Tanya Liya.
"Kerja di rumah, beres-beres, buka warung juga di rumah, karena Nenek butuh pengawasan juga, aku juga pernah berpikir aku akan membimbingnya kejalan benar lagi, ada ibu tiri jadi terlalu sulit," jawab Tiara.
"Ibu, mungkin tidak jika ibu tiri itu mempunyai pacar?" Tanya Liya.
"Hemm sepertinya si, saya bukan berprasangka buruk akan tetapi benar juga, mencari kesalahan dari dia agar Ayah mulai membuka matanya maksud kamu seperti itu bukan?" Tanya Tiara.
Tiara, Liya dan Ratih mulai memikirkan bagaimana caranya membuka kejahatan ibu tiri, agar Ayah Tiara menyadari bahwa ia jahat.
"Haa bagaimana jika ibu pancing dia berbicara membuka aibnya sendiri, merekamnya?" Tanya Liya.
"Ayah tidak akan mempercayainya," jawab Tiara.
"Hem sepertinya saya harus bertindak tinggal disana agar aku tahu gerak gerik dari ibu tiri," ucap Tiara.
"Wahh pondok tambah maju ya, bangunannya juga banyak di revisi, ibu mau ke pondok solat tidak?" Tanya Liya.
"Hemm boleh," ucap Tiara.
"Aku ikut ya," pinta Ratih.
"Minus berapa Ratih?" Tanya Liya.
"Tujuh mbak, sama silinder dua, jadi hampir satu jutaan kaca mata ini," jawab Ratih.
Ratih mulai memakai kacamatanya dan merapihkan bantal-bantal sebelum pergi.
Ratih mencium tangan ibu setiap teman kamarnya itu karena menghormati orang tua.
Sesampainya di pondok salaf semua orang menatap Ratih, tidak mempercayai Ratih sudah banyak berubah dari wajah, pakaiannya, apa lagi ia seorang hafidz.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangisan Santriwati (SELESAI) ✅
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA) Apa rasanya seorang anak yang tidak di anggap oleh kedua orang tuanya dan menitipkan di sebuah pesantren sejak berumur 5 tahun? Ratih menunjukan ia memilih air bunga itu. "Bagus saya sudah duga akan hal itu." Seorang...