Assalamualaikum semuanya
Jangan lupa tinggalkan jejak sebelum membaca
Ada typo? Komentar ya
Santriwati pondok pesantren Tahfidz Al Qur'an mulai keluar pondok pesantren dengan satu kamar berjumlah tujuh orang.
Ratih mulai ikut keluar bersama teman-temannya itu, ia mulai berbelanja keperluan yang ia butuhkan dengan Fania temannya itu.
Pasar pagi sangatlah ramai, pedagang berdampingan, berhadapan satu sama lain, berbagai pedagang ada di pasar tersebut, toko parfum, toko kerudung, penjual sayuran dan buah, penjual makanan cepat saji, bakso, mie ayam, es teh dan baju atasan.
Ratih mulai memilih pakaian atasan yang ukuran besar agar ia muat bertahun-tahun, ia mulai memilih dari bahan sampai warna yang cocok dengannya.
Fania mulai memilih baju bersama Ratih. "Ratih jangan berpencar, kamu ingat cerita ku minggu lalu?" Bisik Fania.
Flash back on
Fania dan semua teman-temannya mulai berkumpul membahas suatu hal yang sangat penting.
"Kamu tahu anak Pak Ranto, di belakang rumah Pak Kiai Azizi itu? Anaknya di culik selama empat hari, katanya dia di siksa habis-habisan setelah di rampok, dia juga diperkosa, sampai hamil, stres dan akhirnya drop tubuhnya itu masih kecil, umurnya masih dua belas tahun, jadi tubuhnya itu belum kuat dan siap untuk hamil keguguran, stress deh, karena ia merasa bersalah pada diri sendiri, sedang musim penculikan seperti itu, bahkan di begal malam hari dan siang hari," ucap Fania.
Ratih hanya bisa menyimak ucapan Fania menjelaskan penculikan anak dan di siksa. "Aku tidak mau keluar pondok jika jadwal ku pergi," tolak Tania.
Semua orang mendengar ucapan Fania ia takut keluar pondok pesantren. "Ya saat di pasar jangan sampai terpisah, itu bahayanya sekali apa lagi kita santriwati, menjaga nama baik pondok dan martabat kita sebagai wanita," ucap Fania.
Flash back off
"Nak jangan pulang di jam sore ya, takut banyak penculikan sekali di daerah sini penjahatnya terus kabur, belum jera juga," ucap Penjual pakaian.
"Ya bu, kita tidak akan pulang jam segitu karena di pondok juga sudah di minta untuk pulang sebelum jam tiga sore," jawab Fania.
"Ya, sebenarnya kita juga takut berjualan akan tapi kami juga butuh uang," ucap Penjual tersebut.
"Allah akan membantu hambanya yang membutuhkan bantuan Ibu, berdzikir saja menenangkan hati hitung-hitung kita mendapatkan pahala, akan tapi berzikir tetap niatnya karena Allah bukan karena hal lain," jelas Ratih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangisan Santriwati (SELESAI) ✅
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA) Apa rasanya seorang anak yang tidak di anggap oleh kedua orang tuanya dan menitipkan di sebuah pesantren sejak berumur 5 tahun? Ratih menunjukan ia memilih air bunga itu. "Bagus saya sudah duga akan hal itu." Seorang...