14. Lelah

1.3K 133 4
                                    


Jangan lupa tinggalkan jejak sebelum membaca

ada typo? Komentar ya.

Ratih masuk ke kelas dalam keadaan banyak orang dan pak kiai sudah ada di meja guru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ratih masuk ke kelas dalam keadaan banyak orang dan pak kiai sudah ada di meja guru.

"Ratih terlambat! Kamu tahu saya mengajar tidak menunggu bel berbunyi, sudah berapa kali saya bilang itu. Ingat besok maghrib kamu mengaji makhraj," ucap Pak Kiai.

Ratih menunduk tidak berani mengucapkan sepatah katapun. "Berdiri sembari belajar untuk ulangan," pinta Pak Kiai.

Ratih berdiri di depan kelas. "Assalamu'alaikum Abah, boleh minta waktunya sebentar saja," bisik Gus Ikhsan.

"Wa'alaikumussalam ada apa nak?" tanya Pak kiai.

Gus Ikhsan tepat ada di samping Ratih, Ratih menunduk malu melihat kitab miliknya.

"Jadi ada tamu dari Majalengka Abah," jawab Gus Ikhsan.

"Siapa?" tanya Pak Kiai.

"Mau melamar kakak, sekarang sudah sampai." pak kiai berdiri dan bingung karena jadwal ulangan hari ini.

"Ratih cari guru pengganti sekarang," pinta Pak Kiai.

Wajah pucat Ratih mendengar ucapan Pak Kiai. "Atau begini Ikhsan kamu kasih soal habis itu selesai kamu balik ke rumah ya, karena mereka ingin bertemu dengan Abah bukan kamu!"

"Tapi-"

"Sudah Ikhsan kamu di sini memberikan soal ya, Abah pergi dulu," potong Pak Kiai, Pak Kiai keluar dari kelas dan membuat Gus Ikhsan mengelengkan kepalanya.

Kini Gus Ikhsan duduk sembari memberanikan diri untuk menatap Ratih dan mengangkat suaranya itu.
"Ukhty Ratih ngapain kamu berdiri di sini, terlambat ya?" Tanya Gus Ikhsan.

Ratih menunduk dan menganggukkan kepalanya. "Duduk kita mulai ulangan hariannya, semuanya sudah mempelajari semua?" tanya Gus Ikhsan.

"Sudah," ucap semua santriwati secara bersamaan.

Ratih duduk paling belakang bersama dengan Ninda dan Ilma. "Dikte kalian hanya perlu menulis jawaban dari soal tersebut beri waktu saya sepuluh menit agar saya mencatat soalnya di kertas saya," jelas Gus Ikhsan.

Gus Ikhsan menulis pertanyaan sepuluh dan waktu sepuluh menit, semua santriawati hanya melirik dirinya. Tanpa mengucapkan apa pun ke kaguman semua santriwati melihat Gus Ikhsan mengajar dengan cepat.

Sedangkan Ratih asik dengan dunia sendiri tidak menganggumi Gus Ikhsan, jantung berdetak dengan kencang berpikir negatif bagaimana ia bisa mengerjakan soal.

Pertanyaa demi pertanyaan mulai muncul dalam benaknya. "Apakah kali ini saya gagal?"batin Ratih.

Ilma dan Ninda hanya melirik terhadap Gus Ikhsan tampa berkata sedikitpun. "Sudah, baik kita mulai saya kasih lima menit untuk berpikir oke," jelas Gus Ikhsan.

Tangisan Santriwati (SELESAI) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang