jangan lupa tinggalkan jejak
Wajah ceria sekaligus gelisah kini ada di Ratih. "Alhamdulillah baju bekas masih bagus sekali, lumayan lima baju uang seratus ribu buat beli baju putih baru," ucap Ratih berjalan menuju kamarnya.
"Wah Ratih dari mana bajunya?" Tanya Aulia.
"Di kasih Mbak, walau pun bekas masih bisa di pakai," jawab polos Ratih menaruh pakaian bekas di dalam lemari.
"Bangga sekali ya kamu, oh tidak punya uang cukup ya untuk beli baju lagi? Kasihan kenapa tidak bilang saja ke saya banyak baju bekas," ucap Aulia mengambil baju bekas miliknya dan mulai memberikan kepada Ratih.
Ratih menanggapinya dan mengambilnya baju bekas tersebut, baju bolong yang butuh di jahit. "Bajunya bolong ya?" tanya polos Ratih.
"Oalah aku tidak pernah tahu itu bolong soalnya tidak pernah ku pakai lagi, kalau tidak mau tidak papa di buang saja," ucap Aulia.
"Tidak papa Mbak Aulia, ini masih bisa di pakai kok. Butuh di jahit saja terima kasih banyak kalau butuh apa-apa jangan sungkan minta bantuan sama Ratih," ucap Ratih tersenyum.
"Memangnya kalau saya bilang kerjain pekerjaan sekolah kamu bisa kerjakan? Tidak bisa kan, bahkan nambal pelajaran saya saja tidak bisa," ucap Aulia pergi bersiap-siap mandi.
Ratih menghela nafas di lihat banyak teman-teman satu kamarnya. "Lumayan itu baju buat berapa tahun, sekalian nabung yang banyak Ratih biar bisa beli makanan enak, bahkan baju, mukenah, sandal dan sebagainya," saran Mbak Dewi.
"Ya Mbak, saya mengumpulkan uang buat tahun depan beli kitab naik kelas butuh kitab dan buku yang banyak juga, jadi insya Allah beli baju murah-murah saja," ucap Ratih duduk mulai mengambil alat jahitnya itu.
Ratih menjahit baju bolong tersebut, ia diajari cara menjahit dari Mbak Liya, Ratih mengambil baju berukuran kecil menatapnya seolah-olah ia ingin mengabungkan pakaian kecil menjadi pakaian bisa di pakai dan panjang.
Baju saat berumur lima tahun pertama kali ia berangkat di pondok pesantren. "Baju sederhana dari orang yang sangat ku sayangi, makasih banyak Ayah dan ibu selalu memberikan uang dua ratus ribu untuk satu bulan," batin Ratih sembari melipat baju masa kecilnya.
Ratih menggunting baju satu dengan yang lainnya untuk di gabungkan menjadi satu baju yang bisa di pakai.
Kombinasi warna sangat cocok membuat baju dari baju satu ke baju lain sangat indah.
Ratih menatap hasil jahitan baju kombinasinya tersebut. "Alhamdulillah sangat indah layak di pakai, dari baju kecil dua ini bisa menjadi baju satu berukuran besar membuat hemat uang," ucap Ratih tersenyum sembari membereskan benang dan kain guntingan itu.
"Kreatif Ratih baju dan warna kombinasinya sangat cocok ini dapat dari berapa baju warnanya dan kainnya?" tanya Mba Karina.
"Dua Mbak, empat baju jadi dua baju jika di gabungkan," jawab Ratih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangisan Santriwati (SELESAI) ✅
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA) Apa rasanya seorang anak yang tidak di anggap oleh kedua orang tuanya dan menitipkan di sebuah pesantren sejak berumur 5 tahun? Ratih menunjukan ia memilih air bunga itu. "Bagus saya sudah duga akan hal itu." Seorang...