Jangan lupa tinggalkan jejak
Happy Reading
Ratih menatap sepasang al Qur'an yang sangat indah ia mulai tersenyum dengan sangat lebar.
Lelaki itu membayar dan membawa di mobil, lelaki itu duduk di depan sedangkan Ratih duduk di belakang.
"Kamu tidak bertanya kita mau ke mana?" tanya lelaki tersebut.
"Tidak, aku percaya kepada Gus Ikhsan, aku yakin kamu mengenal Gus Ikhsan sampai kamu berbicara tersebut kepada saya," jelas Ratih.
"Masya Allah, memang kemampuan memikat Gus Ikhsan sangat kuat," lirih lelaki itu.
Di sisi lain.
Dewi, Dinda dan Aulia sampai di pondok pesantren. "Dewi, di mana Ratih?" Tanya Liya.
"Sama Ibu Tiara," jawab Dewi sembari menghitung uang kembali an.
"Ha? Ibu Tiara titipkan dia pada ku dan aku menitipkan Ratih padamu karena aku tidak ikut, ibu Tiara tidak ke pasar," jelas Liya.
Dewi sangat terkejut dengan ucapan Liya. "Lah, kata Aulia dan Dinda dia sama Ibu Tiara lalu bagaimana ini?" Tanya Dewi dengan panik.
Liya panik membuat cara bagaiamana bisa mencari Ratih sedangkan waktu berkumpul santriwati untuk menyambut Habib Raihan sebentar lagi.
Santriwati berlari menuju depan gerbang pondok pesantren karena ingin menyambut Habib Raihan. Liya kesal dengan Dewi selalu gagal menjalankan amanah dirinya.
"Jangan, salahkan saya jika Ibu Tiara marah kepada kalian bertiga," ancam Liya.
Semua teman satu kamar terkejut dengan ucapan Liya kesal itu, "Kenapa saya harus marah?" Tanya Ibu Tiara.
Semuanya terkejut dengan pertanyaan muncul itu dan mulai menatap dihadapan mereka yaitu Ibu Tiara. "Di mana, Ratih? Ratih nak ibu disini keluarlah," pinta Ibu Tiara.
Semuanya tertunduk dan terdiam, "Panggil, dia kemari cepat, kalian kenapa diam saja? Ayo panggil!" Kesal Ibu Tiara.
Wajah panik dari Ibu Tiara tidak ada satu santriwati beranjak pergi memanggil Ratih. "Liya, ke mana dia? Saya sudah bilang kan jika dia keluar jagalah dia dengan baik, pikiran dia sedang kacau jadi jangan ditinggalkan dia," desak Ibu Tiara.
"Dewi, yang pergi ibu, dan aku tidak tahu mengapa mereka bilang Ratih bersama ibu Tiara disana jadi mereka tidak mau menganggu Ibu dan Ratih," jelas Liya.
"Astagfirullah, jika kalian membencinya setidaknya jangan biarkan dia dipasar sendirian, pikiran dia sudah ingin kabur dari pondok jika kalian tinggalkan Ratih sendirian maka keinginan pergi dari pondok lebih mudah! Saya meminta kalian bawa Ratih agar bisa mendapatkan nafas segar dan tidak stres apakah kalian pernah memperhatikan Ratih?" Tanya Ibu Tiara.
Semuanya terdiam dan kemunculan kepalanya sembari menelan ludah dengan kasar. "Tidak, kalian hanya bisa membully dirinya saja! Memberikan support tidak pernah dia sudah cukup menderita dengan keluarga tidak pernah datang ke sini, setidaknya kalian temani dia saat terpuruk," kesal Ibu Tiara mulai berpikir negatif.
"Pergi, sambutlah Habib Raihan. Allah SWT pasti mengirim seseorang untuk membawa dirinya kesini kembali. Pergi!" Kesal Ibu Tiara.
Semuanya berjalan menuju gerbang depan menyambut Habib Raihan, semua ustadz dan ustadzah berdiri dan berbaris rapi di depan sembari menunggu mobil di tumpangi Habib Raihan.
Santriwati berbaris rapi sembari menundukkan kepalanya itu, di tanah terdapat daun kelapa muda dan dihiasi bunga di bawah dan sebuah pot bunga berbaris rapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangisan Santriwati (SELESAI) ✅
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA) Apa rasanya seorang anak yang tidak di anggap oleh kedua orang tuanya dan menitipkan di sebuah pesantren sejak berumur 5 tahun? Ratih menunjukan ia memilih air bunga itu. "Bagus saya sudah duga akan hal itu." Seorang...