الله الرحمن الرحيم
Jangan lupa tinggalkan jejak sebelum membaca
Mau beri saran/krisar/typo? Silahkan berkomentar terima kasih
Tatapan Ibu Tiara melihat anak kesayangan itu. "Mengapa diam?" tanya Ibu Tiara sembari menepuk bahu Ratih.
Ratih tersadar dari lamunan itu. "Ibu aku mau bertanya, apakah pondok Tahfidz sangat menyenangkan?" pertanyaan itu mengalihkan pembicaraan Ratih tidak mau membebani Ibu Tiaranya itu.
"Menghafal Al Qur'an itu mudah Ratih, yang sulit adalah menjaga hafalan itu. Mengapa kamu bertanya hal ini? Tidak betah di pondok salaf?" tanya Ibu Tiara.
Ratih menelan ludah dengan kasar memalingkan wajahnya itu. "Kenapa?" tanya Ibu Tiara.
"Ibu, apakah aku sangat bodoh?" tanya Ratih.
"Ratih, Gus Ikhsan pernah mengucapkan ini kepada ibu saat dia mengajar di pondok, tidak ada orang bodoh di dunia ini hanya ada belum saja pandai, maksud pintar itu tertunda karena Allah SWT menginginkan manusia bekerja keras untuk itu bekerja keras agar pintar, itu tugas kamu untuk bekerja keras agar menjadi pintar," ucap Ibu Tiara.
"Dia, sangat pintar dalam segala hal Ibu, apakah aku bisa sepertinya?" tanya Ratih dengan polos.
"Tentu, seperti Gus Ikhsan bilang tugas kita hanya berusaha meraih kepintaran itu dengan belajar dengan rajin dan semangat." Senyuman Ratih mendengar motivasi dari mulut Ibu Tiara sangat menyentuh hatinya membuat dirinya merasakan semangat baru.
"Jika, gagal bagaimana?" tanya Ratih.
"Gagal, bangkit lagi jika niat kuat maka gagal itu kamu harus bangkit, jangan jadikan kegagalan itu sebagai alasan kamu mundur menjauh dari impian kamu, paham?" tanya Ibu Tiara.
Hati Ratih semakin berbunga-bunga, jantung berdebar dengan sangat kencang semangat baru ia sudah mendapatkannya, setiap ucapan Gus Ikhsan katakan selalu membuat hatinya berbunga-bunga dan semangat.
"Kenapa senyum seperti itu? Kamu menyukainya?" Goda ibu Tiara.
"Ratih, hanya bisa tersenyum mendengar motivasi itu Ibu, terima kasih dan Ratih sangat beryukur bisa bertemu dengan Ibu dan menceritakan ucapan yang Gus Ikhsan ucapakan. Sangat membantu," jelas Ratih.
"Kamu, mengerti apa makna dari ucapan Gus Ikhsan?" tanya Ibu Tiara.
Ratih menganggukan kepalanya itu, "Ibu Gus Faiz, pernah mengejarkan kan membaca dengan benar dia sangat penyabar dan baik ibu. Dia memberikan minum teh miliknya itu dan berdoa untuk diriku," ucap Ratih.
Senyuman manis dari Ibu Tiara mendengar ucapan Ratih. "Dia memang baik dan sabar Nak, dia tidak galak akan tetapi kesabaran itu mengajarkan dan menyentuh hati yang berbuat salah agar ia bisa mengerti bahwa itu salah. Tidak ada guru galak sebenarnya karena apa? Guru menginginkan murid menjadi pintar caranya harus membuat sadar murid agar pelajaran bisa masuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangisan Santriwati (SELESAI) ✅
Ficção Adolescente(FOLLOW DULU BARU BACA) Apa rasanya seorang anak yang tidak di anggap oleh kedua orang tuanya dan menitipkan di sebuah pesantren sejak berumur 5 tahun? Ratih menunjukan ia memilih air bunga itu. "Bagus saya sudah duga akan hal itu." Seorang...