65. sandera?

798 91 19
                                    

Assalamualaikum semuanya

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote sekaligus komentar ya makasih ♡

Ada typo? Komentar ya

Happy Reading

    Gus Ikhsan mulai menyenderkan tubuh Ratih di pepohonan yang kokoh, ia mulai menutup aurat Ratih dengan melepas jas miliknya dan memakaikannya di tubuh Ratih. Sembari mengucapkan astagfirullah.

    Ia melepaskan sarung miliknya sehingga ia hanya memakai celana jeans dan kemeja sudah terkena darah.

   Ia mulai memegang rambut Ratih dan merapihkannya setelah itu ia mulai memakaikan Ratih, sorban miliknya sembari memberikan jarum agar terlihat memakai kerudung sorban.

    "Maaf aku memegang tubuhmu, ini juga demi kebaikan dirimu, kenapa kamu bisa sampai di culik seperti ini?" Tanya Gus Ikhsan.

  Ia mulai duduk dua langkah di samping Ratih, sembari menyenderkan tubuhnya itu dan mulai menatap kembali Ratih memakaikan Ratih sarung untuk penganti selimut.

    Dalam hitungan menit Gus Ikhsan mulai tertidur pulas, Ratih mulai terjatuh di pangkuan Gus Ikhsan. Mereka tertidur pulas.

    Matahari mulai menyinari tubuh mereka berdua dengan sangat terik, membuat mereka membuka matanya dengan bersamaan.

    "Astagfirullah," ucap mereka berdua secara bersamaan.

     Ratih mulai duduk menjauh dari Gus Ikhsan dalam keadaan terkejut, ia mulai menatap tubuhnya sudah memakai jas dan memegang kepalanya sudah ada kerudung dari sorban.

Ratih mulai menundukkan kepalanya dengan malu, ia mulai meneteskan air matanya.

"Maaf aku tidak sopan memegang tubuhmu itu, niatku baik untuk menutupinya," ucap Gus Ikhsan.

"Aku sudah tidak suci lagi," ucap Ratih.

"Apakah benar itu?" Tanya Gus Ikhsan.

"Mereka melihat auratku, bahkan mereka menyentuh diriku walau pun hampir melakukannya," rintis Ratih.

"Jangan menangis, Allah sangat baik padamu bukan? Allah mempertemukan kita di waktu yang tepat, ayo kembali ke pondok," ajak Gus Ikhsan.

"Gus Ikhsan, aku haus," ucap Ratih.

Gus Ikhsan mulai menatap sekeliling ia mulai terdengar suara genangan air. "Kamu dengar sesuatu?" Tanya Gus Ikhsan.

  Mereka berdua berdiri menatap sekeliling dengan heran, sebuah pepohonan besar dengan rumput liar begitu banyak.

  Ratih mulai mendengarkan apa yang di perintahkan. "Tidak ada?" Tanya polos Ratih.

Senyuman tipis dari Gus Ikhsan, mendengar ucapan Ratih yang begitu polos.

"Ya sudahlah ayo, kamu akan minum di sana," pinta Gus Ikhsan.

    Gus Ikhsan mulai berjalan, Ratih mengikuti sembari menatap baju yang berdarah. "Apakah sakit?" Tanya Ratih.

  Gus Ikhsan mulai menggelengkan kepalanya itu, Ratih mulai kesakitan di bagian perutnya itu.

Ratih mulai menahannya, setelah beberapa langkah ia mulai menatap sungai mengalir dengan dengan sangat deras dan dan sangat jernih.

"Gus Ikhsan, apakah air bersih dan sehat?" Tanya Ratih.

"Lihatlah binatang itu," ucap Gus Ikhsan sembari menujukkan di suatu tempat.

Tangisan Santriwati (SELESAI) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang