Assalamualaikum semuanya
Ada typo? Komentar ya
Jangan lupa tinggalkan jejak sebelum membaca
Happy Reading
Disisi lain Gus Faiz dan Ustadz lain mulai mencari keberadaan Ratih dan Fania mulai mencari di sekitar pasar pagi.
Selang beberapa jam kemudian salah satu warga mulai menceritakan kronologi cerita apa yang ia ketahui.
"Bagaimana Gus kita cari di mana?" Tanya seorang ustadz itu menatap Gus Faiz.
"Kita harus cari di setiap jalan menuju pondok pesantren, yang saya takutkan adalah mereka mengalamai musibah di pertengahan jalan, ayo jangan berpencar karena takut terjadi apa-apa," ucap Habib Raihan.
Dring ... dring
Telpon Gus Faiz mulai menyala dan menampakkan panggilan masuk dari Gus Ikhsan, Gus Faiz mulai menghela nafasnya dengan panjang menatap ponselnya itu.
"Masya Allah dari kemarin dia terus menelpon berbicara hal yang tidak di inginkan, sekarang dia menelpon kembali," keluh Gus Faiz.
Habib Raihan mulai menatap ponsel Gus Faiz. "Pantas saja dia berbicara Ratih, di mana, dia baik-baik saja apa tidak ternyata dia memiliki firasat buruk tentangnya," bisik Habib Raihan.
Ustadz mulai berjalan menatap kanan dan kiri jalan, Gus Faiz mulai mengangkat telponnya itu.
"Waalaikumussalam adikku tersayang, ada apa?" Tanya Gus Faiz.
"Assalamualaikum Mas, apa kabar? Mas sedang apa kenapa ramai sekali?" Tanya Gus Ikhsan. Gus ikhsan Mendagri suara ramai di pasar.
"Tebaklah aku di mana," jawab Gus Faiz, mulai membuat Gus Ikhsan tidak khawatir kembali.
"Pasar pagi, Mas katakan apakah semuanya baik-baik? Dari kemarin aku merasa tidak enak, takut terjadi apa-apa kepadanya, terus berulang kali berpikir positif tapi tetap saja Mas," keluh Gus Ikhsan.
"Dia baik sayangku, dia sungguh baik, kamu mau berbicara padanya?" Tanya Gus Faiz.
"Bagaimana caranya?" Tanya Gus Ikhsan.
"Apakah kamu mau tahu, selama ini kamu yang membantunya? Selama ini juga kamu menjadi Ayah di suratnya itu?" Tanya Gus Faiz.
"Memangnya apa hubungannya?" Tanya Gus Ikhsan.
"Ada sayangku, dia akan curiga mengapa kamu tiba-tiba ingin berbicara padanya padahal kalian mengobrol saja tidak pernah," jawab Gus Faiz.
Gus Ikhsan mulai terdiam dengan ucapan Gus Faiz. "Tidak bohong bukan? Lalu kenapa aku selalu memikirkannya padahal selama ini tidak pernah," ucap Gus Ikhsan.
"Cinta itu semakin kuat Ikhsan, itulah jawabannya, aku tutup dulu ya assalamualaikum," ucap Gus Faiz.
"Waalaikumussalam," jawab Gus Ikhsan, suara Gus Faiz itu selalu menggema di telinga Gus Ikhsan.
"Cinta itu semakin kuat? Itulah jawabannya, maksudnya apa?" Heran Gus Ikhsan, ia mulai terus mengulang ucapannya itu sembari berjalan menuju kamar di pondoknya itu.
Di sisi lain
Seorang wanita mulai berjalan ketakutan, dengan pakaian sudah sangat kotor dan kucel.
Habib Raihan mulai berjalan menuju tempat sepi tanpa pengawasan dari ustadz dan Gus Faiz.
Habib Raihan mulai menatap seorang wanita dari jarak yang sangat jauh. "RATIH!" Teriak Habib Raihan sembari menatap perempuan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangisan Santriwati (SELESAI) ✅
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA) Apa rasanya seorang anak yang tidak di anggap oleh kedua orang tuanya dan menitipkan di sebuah pesantren sejak berumur 5 tahun? Ratih menunjukan ia memilih air bunga itu. "Bagus saya sudah duga akan hal itu." Seorang...