Jangan lupa tinggalkan jejak
Saya merubah nama Mufid menjadi Liya, Nunung menjadi Dewi sedangkan Iip menjadi Karina, jika menemukan nama mereka bertiga tinggalkan jejak ya terima kasih
Ratih memotong sayuran sesuai ukuran dan menaruh di piring, Aulia hanya memandangnya dengan kekesalan.
"Cari perhatian?" Batin Aulia.
"Mbak Aulia mau ikut potong juga?
Mbak bersama-sama potongnya baru cepat selesainya," ucap Ratih."Astagfirullah, ya sabar dong," kesal Aulia.
Senyuman dari Ratih saat mendengar ucapan Aulia begitu pedas. "Oalah ya Mbak jika tidak mau juga tidak papa saya saja kerjakan memotong sayuran wortel ini," jelas Ratih memotong.
"RATIH! APAKAH SAYA MENYURUHMU MEMOTONG WORTEL SEPERTI ITU?" Kesal Dewi.
"Memang seperti apa Mbak? Bukan kah memotong lingkaran?" Tanya Ratih.
"Potongan panjang dan tipis bukan lingkaran ukuran harus sama seperti sayuran yang lain!" Kesal Dewi.
"Maaf Mbak baru sedikit potong bentuk lingkaran kok nanti saya potong seperti Mbak minta," ucap Ratih memotong wortel seusai ucapan Dewi.
Yang lain memotong sayuran labu siam, brokoli dan cabai. "Ayo selesaikan nanti maghrib," ucap Liya.
"Satu masakan lagi?" Tanya Dewi.
"Ya, ini doang tinggal tumis habis itu cuci daun pisang karena kita akan makan pakai daun pisang disusun rapih lalu kita makan bersama di lapangan sesuai dengan kamar," jelas Liya sembari membawa peralatan masak itu.
Selesai memasak Ratih diminta membersihkan kamar dan luar kamar, Ratih mengerjakan dengan senang hati teman-teman yang lain sibuk istirahat dan mengobrol.
"Perih sekali ini perutku," keluh Ratih memegang perutnya itu terus berbunyi kepalanya pusing karena maag kambuh.
Ratih memaksakan dirinya itu membawa piring kepalanya semakin sakit membuat Ratih melepas piring yanga ada di genggamannya itu.
PRANG!!
Ratih menjadi sorotan banyak orang memecahkan piring berjumlah lima itu Ratih jatuh pingsan. Semuanya berteriak histeris ketika Ratih jatuh pingsan dan kepalanya terkena pecahan piring itu.
"RATIH!!" Teriak Liya berlari menuju Ratih.
Semuanya hanya bisa menatap Ratih tanpa menolongnya, salah satu dari mereka menatap dan menolong Ratih.
"Mbak bantu saya angkat Ratih ya," pinta Liya.
Ratih dibawa ke kamarnya dalam keadaan hening menatap Ratih pingsan. "Liya kenapa dia?" Tanya Lisa.
"Pingsan dan piring pecah," ucap Liya sembari mengoleskan minyak kayu putih ke tangan, wajah, dan kaki Ratih.
"Aish rugi sekali piring pecah, kita harus beli piring ni," ucap Aulia.
"Pergi saja kamu Aulia, Mbak lelah lihat kamu mengomel tidak jelas dengan Ratih. Iri? Ya saya tahu itu mulut dijaga sayang, kamu bukan anak kecil lagi dipondok pesantren bukan hanya ilmu agama yang didapatkan akan tetapi ilmu kesopanan juga dipelajari di cermati dan di lakukan didunia nyata bukan sekedar ilmu!! Paham? Kamu sudah bertahun-tahun disini jaga sikap kamu mulai belajar dewasa," kesal Liya mulai lelah mendengarkan keluhan dari Aulia.
Aulia terdiam tidak mau menjawab ucapan Liya yang sedang kesal, Ratih masih pingsan membuat panik semua orang.
"Naina, Ibu Tiara kemana?" Tanya Liya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangisan Santriwati (SELESAI) ✅
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA) Apa rasanya seorang anak yang tidak di anggap oleh kedua orang tuanya dan menitipkan di sebuah pesantren sejak berumur 5 tahun? Ratih menunjukan ia memilih air bunga itu. "Bagus saya sudah duga akan hal itu." Seorang...