بسم الله الرحمن الرحيم
Jangan lupa tinggalkan jejak sebelum membaca
Mau beri saran/krisar/typo? Silahkan berkomentar terima kasih
Santriwati kelas satu A duduk di alas membuka kitab kecil untuk lalaran, ketua kelas menghitung mundur agar akan bisa tahu mana terlambat.Lagi-lagi Ratih tidak bisa lari dengan cepat ia terlambat. "Hayo Ratih kamu terlambat lagi duduk, siap-siap untuk dihukum berdiri nanti," ucap Ketua kelas.
Ratih terdiam karena Aulia menahan Ratih berlari dengan cepat. Ilma duduk disamping Ratih. "Dimana Ninda ?"vtanya Ratih kepada Ilma.
Ratih menatap sekeliling Ninda sedang bercanda duduk jauh dengan Ratih, "Akhir-akhir ini kenapa dia tidak bersama kamu?" tanya Ratih.
Ilma hanya menundukan kepalanya terdiam. "Nanti kita bicara sekarang kita lalaran dulu," ucap Ilma.
Santriwati di pondok tersebut setiap malam musyawarah akan ada lalaran kitab sebelum mulai belajar musyawarah.
Mengunakan kaleng, gayung untuk meriahkan lalaran dengan lagu indah dan mulai membunyikan alat-alat tersebut. Semuanya nampak bahagia wajah berseri-seri denagn suara nyaring sembari menyanyi berisi bait-bait kitab.
Ratih terhibur ketika membaca lalaran di malam hari suasana ramai, menghilangkan kesedihan dalam dirinya.
"Mengapa bisa Gus Ikhsan menyukai dirinya? Apa hebatnya Ratih lebih baik diriku dengan dirinya," batin Ninda kesal.
"Kamu kenapa menjauh dari mereka?" Tanya Aulia.
Ninda terdiam tidak menjawab pertanyaan Aulia, cemburu yang dirasakan Ninda.
Setelah selesai lalaran semuanya duduk di tempat masing-masing, "Rois hari ini siapa ya? Lihat jadwal!" Tanya ketua kelas.
Rois santriwati belajar untuk menjadi guru untuk teman-teman pelajaran untuk besok.
★★★
Waktu menuju kan jam delapan malam, para santriwati mulai.duduk di dalam kelas sembari menunggu lonceng berbunyi.
Lonceng sudah berbunyi dengan keras semuanya mulai duduk.
"Ratih maju! Awas saja kalau tidak mau," kesal ketua kelas.
Ratih gugup. "Hey Ratih beneran dikasih minuman dibacain doa oleh Gus Faiz?" Tanya semua santriwati mengelilingi Ratih dan Ilma.
Ratih mendudukan kepalanya, mulai meneteskan air matanya itu. "Kenapa nangis kita tidak apakan kamu? Ini alasan saja kan? Biar kamu tidak maju bat rois?" tanya kesal Diana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangisan Santriwati (SELESAI) ✅
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA) Apa rasanya seorang anak yang tidak di anggap oleh kedua orang tuanya dan menitipkan di sebuah pesantren sejak berumur 5 tahun? Ratih menunjukan ia memilih air bunga itu. "Bagus saya sudah duga akan hal itu." Seorang...