Assalamualaikum
Jangan lupa tinggalkan jejak sebelum membaca
Ada typo? Komentar ya
Happy Reading
Di sisi lain Ummi Gus Faiz mulai menghampiri sumber suara. "Ummi awas-"
Gus Faiz mulai mengerutkan keningnya saat melihat ibunya berjalan menuju pecahan kaca, kakinya mulai kesakitan.
"Ahhh," ringis Ummi.
Suara Ummi itu membuat Naina dan Tiara mulai masuk ke dalam mengikuti suara kesakitan dari Ummi.
"Ummi kenapa?" Tanya Naina, mereka berdua mulai membulatkan mata mereka dengan sempurna dan secara bersamaan.
Ummi mulai tidak bisa berdiri dengan tegak, Naina dan Tiara mulai memapah Ummi untuk duduk.
Gus Faiz mulai membersihkan serpihan kaca. "Ummi menaruh kotak p3k di mana?" Tanya Naina.
"Di dapur, di rak itu," ucap Ummi sembari mengayunkan tangannya sembari menunjukan rak yang mana.
Tiara dan Naina mulai melihat Gus Faiz membersihkan serpihan kaca dengan gugup.
"Ada apa Ummi? Darahnya banyak sekali, atau hanya tergores?" Tanya Gus Faiz.
Tiara mulai berjalan untuk mengambil kotak p3k. "Hey kenapa berjalan ke sini, lihatlah banyak serpihan kaca apa mau kamu kakimu berdarah hemm," omel Gus Faiz.
"Haa, itu ambil kotak p3k di sana," ucap Tiara mulai gugup.
Ummi dan Naina mulai tersenyum tipis melihat tingkah Gus Faiz dan Tiara kerena mereka menuju kan sebuah kepedulian dan gugup.
"Hoo sebentar biar saya yang ambil," ucap Gus Faiz, Gus Faiz mulai mengambil kotak p3k itu dan menaruhnya di meja, setelah itu baru Tiara mengambil kotak p3k.
"Ummi jangan salah paham, aku bukannya tidak mau mengobati lukanya jika aku tidak mengambil serpihan ini akan banyak orang yang berdarah akan kesulitan mengurusnya," ucap Gus Faiz.
"Naina, bantulah dia nak. Biar Tiara yang mengobati kaki Ummi nanti dia akan mengomel pinggang atau tangannya akan berdarah nantinya, pinggang mudah lelah nanti sakit dna ini itu," ledek Ummi.
Naina mulai mengikuti ucapan Ummi ia mulai membantu Gus Faiz sedangkan Tiara mengobati luka di kaki Ummi.
Ummi dan Tiara mulai duduk di ruang tamu untuk membicarakan sesuatu.
Selang beberapa menit kemudian serpihan kaca sudah tidak ada lagi, sudah menyapu dan membersihkannya dengan sangat teliti.
"Sudahlah biar aku saja yang mengepel lihatlah wajahmu seperti mayat hidup, pucat sekali. Santai saja Mas Faiz seperti tidak pernah minat wanita cantik saja, padahal kamu sering melihat wanita cantik bukan? Siapa lagi jika bukan aku wanita cantik itu," puji Naina.
"Haa ... Naina, lihatlah nanti pembalasan diriku saat liburan keluarga akan ku buat dirimu duduk paling belakang agar tidak menganggu!" Ancam Gus Faiz ia mulai berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil pellan dan ember, ia mulai menaruhnya di hadapan Naina.
"Yang rajin ya Nak, nanti jika Mas sudah ada uang nanti akan di traktir permen satu bungkus," ledek Gus Faiz.
Suara saling meledek itu tersentuh jelas di telinga Tiara dan Ummi mereka berdua terkekeh pelan dengan percakapan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangisan Santriwati (SELESAI) ✅
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA) Apa rasanya seorang anak yang tidak di anggap oleh kedua orang tuanya dan menitipkan di sebuah pesantren sejak berumur 5 tahun? Ratih menunjukan ia memilih air bunga itu. "Bagus saya sudah duga akan hal itu." Seorang...