Jangan lupa tinggalkan jejak
Ada typo? Komentar ya makasih
Waktu menujukan jam dua sore, Ratih menahan laparnya agar cukup uang untuk satu bulan.
Semua santriwati membubarkan diri menuju kamar masing-masing. "Ais mana Aulia?" tanya Mbak Dewi kepada Ratih.
"Tidak tahu Mbak," jawab Ratih.
Semuanya berbaring sembari mengibasi buku kosong. "Panas, lelah sekali,"keluh Mbak Dewi.
"Hey Dewi kamu memang menyebalkan!" Kesal seorang perempuan yang datang dengan wajah kesalnya.
Mbak Dewi wajah cantik, berisi dengan pipi chuby. "Wah ... Maya bagaimana enak?" tanya Mbak Dewi dengan bahagia.
Maya menggelengkan kepalanya melihat semua berbaring sembari mengipasi diri sendiri.
"Miskin sekali kamar ini! Tidak ada kipas sama sekali," ledek Maya.
Ya saat Maya, Karina dan Dewi berkumpul membuat semua orang melihatnya sangat bahagia dengan candaan dan kehebohan memiliki kesan menyenangkan melihatnya.
Ratih tersenyum ketika mereka bertiga berkumpul. "Wahh enak saja, memang kamu di kamar empat belas ada kipas? Tidak ada kan!" ketus Karina.
"DEWI KAMU SANGAT MENYEBALKAN!" teriak Maya.
"Menyebalkan apa?" sambung Mbak Liya.
Maya duduk di depan pintu kamar. "Itu Mbak tidak sopan sekali, kentut dia mana saat itu Ustadz Hariri datang disaat dia kentut suaranya keras baunya menyengat, memalukan." Maya mengadu kepada Mbak Liya dengan nada kesal yang sangat khas.
"Wah parah sekali, Dewi,"ucap Mbak Liya.
"Ya mana, tidak mengakuinya kalau dia kentut buat Ustadz Hariri mau muntah baunya, dia bilang seperti ini Mbak, bau siapa ini? Wanita kok buang kentut sembarangan." Tiana ikut kesal dengan tingkah mbak Dewi.
Mbak Dewi hanya mengelengkan kepalanya. "Hey saat itu tidak bisa menahannya makanya, kasih pengharum ruangan yang banyak biar tidak terjadi lagi,"sambung mbak Dewi.
Itulah mbak Dewi dia melakukan kesalahan dia selalu mengelak dan membela dirinya sendiri dengan jawaban yang sangat lucu.
Tuth ... Thuth
"DEWI!" Teriak semua teman-temannya mendengar suara kentut dari Mbak Dewi sangat nyaring.
Semua berlari keluar dari kamar karena tidak tahan dengan bau kentut Mbak Dewi.
"Aish ni anak, makan apaan si sampai seperti ini baunya?" tanya Mbak Liya kesal langsung berlari keluar.
Semuanya heboh saat keluar membuat kamar tersebut menjadi sorotan banyak orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangisan Santriwati (SELESAI) ✅
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA) Apa rasanya seorang anak yang tidak di anggap oleh kedua orang tuanya dan menitipkan di sebuah pesantren sejak berumur 5 tahun? Ratih menunjukan ia memilih air bunga itu. "Bagus saya sudah duga akan hal itu." Seorang...