Assalamualaikum apa kabar semuanya?
Mohon maaf ya jika penulisan saya bikin sakit mata apa lagi narasinya
Ada typo ? Komentar ya terima kasih
Sholat id mulai dilaksanakan dengan bahagia setiap takbir yang nyaring membuat terasa nikmat yang sangat luar biasa.
Setelah sholat id semuanya mulai berakhir setelah itu akan ada ceramah, para santriwati mulai bosan karena ceramah yang panjang membuat kantuk.
Jaamaah para lelaki Gus Ikhsan dan Ayah berdampingan. "Nak kamu akan belajar ilmu agama di pondok kakek mu ini, dan Faiz, akan belajar seperti biasanya karena masa kalian saat ini adalah belajar jika sudah matang umurnya baru akan mengajar di kelas tinggi," bisik Abah Ikhsan.
"Maksudnya kemarin itu percobaan Abah?" Tanya Gus Ikhsan.
"Ya nak, kami juga memberikan tugas mengajar itu untuk kelas yang masih kecil seperti kelas satu sampai kelas tiga, sisanya kami juga tidak memberikan kelas tinggi untuk usia masih muda," jawab Abah.
"Habib Raihan?" Tanya Ikhsan.
"Dia akan mengajar kelas anak-anak kecil dan kelas satu saja, dia juga masih butuh bimbingan dan ilmu lagi," ucap Abah.
Gus Ikhsan tersenyum mendengar ucapan Ayahnya menjelaskan banyak hal kepadanya hari ini, setelah selesai ceramah semuanya saling menjabat tangan berkeliling sembari meminta maaf satu sama lain.
Setelah selesai ceramah, menjabat tangan satu persatu mulai bubar satu persatu dan kembali ke rumah merayakan idul adha bersama keluarga.
Abah Gus Ikhsan mengobrol dengan teman, sedangkan Gus Faiz dan Ayah mulai berkeliling ke rumah dekat dengan masjid.
Gus Ikhsan bertemu dengan temannya akhirnya dia mengobrol di depan masjid sembari duduk bersantai.
Seorang lelaki memakai kemeja berwarna navy dengan sarung berwarna hitam, menggunakan peci berwarna hitam duduk berhadapan dengan Gus Ikhsan dengan senyuman diwajahnya.
"Ikhsan apa kabar ini? Sudah lama kita tidak bertemu," ucapnya teman dari kecil ya bernama Adlan.
Ikhsan mulai tersenyum dengan pertanyaan temannya itu. "Bagaimana kita tidak bertemu aku ada di rumah terus kamu sendiri juga sibuk dengan sekolah bukan, bagaimana apakah kamu akan mengejar kuliah di luar Negeri?" Tanya Gus Ikhsan.
"Tentu aku dari kecil sudah memimpikan hal itu, sampai sekarang ku rajin belajar karena itu kamu sendiri?" Tanya Adlan.
"Tidak tahu, aku kedepannya aku harus mencapai titik apa," jawab Gus Ikhsan.
"Ada apa Ikhsan biasanya kamu sangat rapih, menulis sebuah impian dan mengingat serta melakukan sesuai keinginan dirimu?" Tanya Adlan.
"Terkadang kita juga harus memikirkan keluarga menginginkan kita menjadi seperti apa, jika nanti bertentangan dengan minat dan bakat maka aku akan memyimbangkan hal itu jika tidak mampu aku harus mengabulkan keinginan orang tua karena sebuah prioritas saya adalah orang tua," ucap Gus Ikhsan.
"Masya Allah kamu benar, pemikiran orang kan beda-beda tapi saya salut dengan pemikiran dirimu katakan apakah kamu menemukannya?" Tanya Adlan.
"Menemukan, menemukan apa?" Tanya Gus Ikhsan.
"Keinginan orang tua kamu?" Tanya Adlan.
"Adalah kenapa penasaran sekali ni? Mau mengantikan posisiku hem?" Tanya Gus Ikhsan menaikan alisnya sebelah kanan sembari tersenyum manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangisan Santriwati (SELESAI) ✅
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA) Apa rasanya seorang anak yang tidak di anggap oleh kedua orang tuanya dan menitipkan di sebuah pesantren sejak berumur 5 tahun? Ratih menunjukan ia memilih air bunga itu. "Bagus saya sudah duga akan hal itu." Seorang...