74. Ciee

1.1K 97 8
                                    

Assalamualaikum

Jangan lupa tinggalkan jejak sebelum membaca

Happy Reading

"Maaf Ratih, aku bukannya bermaksud berbicara seperti itu kepadamu," ucap Fania.

"Tidak apa-apa Fania, orang tua ku mungkin mempunyai alasan yang kuat tidak bisa datang ke sini menjemput diriku bahkan bertemu diriku," ucap Ratih.

"Aku heran Ratih, mereka rajin memberikan hadiah, uang, surat akan tapi kenapa mereka tidak pernah menemui dirimu sejak kecil loh?" Tanya Fania.

  Ratih menutup matanya dan kembali membuka matanya itu, ia mulai mengingat masa lalunya.

Flash back on

Gus Ikhsan mulai berlari menghampiri Habib Raihan, dengan wajah pucat.

"Sebentar aku lelah," ucap Gus Ikhsan.

"Hemm masalah mengirim hadiah dan surat saja kamu cepat, olahraga lemot sekali," ucap Habib Raihan.

"Bagaimana dengannya?" Tanya Gus Ikhsan.

Ratih mulai mendengarkan ucapan dari mereka berdua ia mulai melirik dari semak-semak, ia mengenali postur tubuhnya. "Gus Ikhsan dan Habib Raihan?" Lirih Ratih.

"Dia sangat luar biasa, kamu tahu dia menghafalnya dengan sangat cepat, tekadnya begitu kuat, keadaan yang harus membuat dirinya kuat, saya akui untuk pemula sepertinya wajar jika sedikit lama karena beberapa kendala yaitu berbaur dengan tempatnya baru sedikit lama, jadi menghambat hafalan, sekarang ia sangat cepat menghafal dan lancar," jelas Habib Raihan.

"Mereka membicarakan siapa?" Lirih Ratih.

"Alhamdulillah kalau begitu sudah berapa juz dia?" Tanya Gus Ikhsan.

"Dua puluh tujuh, percaya dengan Allah, usaha, doa itulah kuncinya, kata luar biasa seketika melihat Ratih, kamu tahu sendiri dia dahulu seperti apa bukan? Tak akan percaya jika kamu melihat Ratih sekarang," ucap Habib Raihan.

Ratih terkejut dengan ucapan habib Raihan yang membicarakannya matanya membuat dengan sempurna.

"Apakah kamu masih mengirim surat dan hadiah?" Tanya Gus Ikhsan.

"Tidak, seperlunya saja yang penting uangnya kata ummi itu," ucap Habib Raihan.

"Selama ini habib Raihan mengirim surat dan hadiah?" Lirih Ratih.

"Ya benar ayo selesaikan olahraganya," ucap Gus Ikhsan.

Gus Ikhsan mulai berlari sedangkan Habib Raihan tersenyum tipis memalingkan wajahnya itu. "Aku melihat cinta di matamu kepadanya, aku juga mencintainya," ucap Habib Raihan.

Flash back off

  Fania kembali heran melihat Ratih, ia mulai mengelus tangan Ratih dan bertanya dengan perlahan. "Kenapa melamun?" Tanya Fania.

"Tidak ada apa-apa, aku bersyukur memiliki orang tua seperti mereka masih memberikan perhatian, walau pun tidak pernah bertemu dengan diriku. Aku juga bersyukur aku dikelilingi banyak orang yang sangat sayang kepada diriku, teman-teman pondok salaf, pondok tahfidz, Ibu Tiara, mbak Naina, mbak Liya dan kamu," ucap Ratih.

"Gus Ikhsan? Kamu tidak pernah menyebutkan namanya, tapi dalam hati kamu sorotan mata kamu mengatakan bahwa, kamu sangat berterima kasih kepadanya aku bersyukur Ratih bisa bertemu denganmu, kamu beruntung karena di cintai oleh kedua lelaki yang sangat baik, paham agama, membimbing dirimu, katakan satu hal kenapa kamu berterima kasih di pondok salaf, bukannya kamu di jauhi banyak orang?" Tanya Fania.

Tangisan Santriwati (SELESAI) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang