36. lucunya Tiara kecil

804 94 15
                                    

jangan lupa tinggalkan jejak sebelum membaca

Happy Reading

Momen tersebut membuat Ratih menjadi merasakan kebahagian berkumpul seperti berkumpul dengan keluarga. Saling bertukar cerita dan sebuah pelajaran berharga setelah bercerita.

"Ratih berceritalah," ucap Gus Faiz.

Ratih hanya menyimak tanpa menjawab setiap ucapan mereka. Ratih menggelengkan kepalanya itu. Gus Ikhsan hanya menganggukan kepalanya melihat Ratih menundukan kepala terus menerus.

Naina dan Ratih pamit untuk pergi ke rumahnya, sesamlainyabdi rumah Ratih mulai duduk di sofa karena ia sangat eklah jangungnya berdetak dengan sangat kencang nafasnya mulai sesak, seketika Naina menatap Ratih duduk termenung di ruang tamu. "Astagfirullah," lirih Ratih mulai memejamkan matanya itu sembari bertasbih.

Naina menghampiri Ratih. "Ke kamar saja yuk istirahat sambil berdzikir," ajak Naina.

"Mbak Naina, sampai kapan aku disini? Aku menginginkan seperti dahulu, walau pun terkadang seseorang membuat hati ini sakit akan tetapi tidak selamanya kesedihan datang terus menerus ada kalanya bahagia berkumpul seperti dulu," jelas Ratih.

"Ratih saya tahu kamu tidak enak disini tapi dengarkan aku baik-baik kita semuanya disini ingin melihat kamu bahagia, tunggu saja nanti bersabar ya," jelas Naina sembari memegang tangan Ratih dan pergi ke kamar.

Suara takbir itu masih terdengar dimana-mana membuat hati Ratih menjadi semakin sakit. "Jangan tinggalkan aku Mbak Naina, jika Mbak meninggalkan diriku aku mengingat setiap hal yang buruk kepada diriku, mengingat masa lalu yang masih menyakitkan," ringis Ratih matanya mulai berkaca-kaca Naina melihat penderitaan mulai memeluk Ratih dengan erat.

"Dia tidak mengatakannya akan tetapi aku mengerti segalanya setiap hembusan nafasmu ada beban di setiap hembusan itu, beban selalu menempel di bahumu Ratih," batin Naina mulai meneteskan air matanya itu.

"Terima kasih Mbak," ucap Ratih dengan suara lembut dan ia mulai menutup matanya karena pingsan.

Naina melepas pelukan Ratih menatap Ratih menutup matanya ia mengira bahwa Ratih tidur. Ia mulai membangunkan Ratih untuk tidur dengan posisi benar, Ratih tidak bergerak sama sekali membuat Naina sangat terkejut ia langsung menelpon Gus Faiz untuk datang ke rumahnya.

Gsu Faiz, ibunya dan Ayahnya datang dengan khawatir. "Abi bagaimana ini? Hari raya mana ada yang buka," ucap Ibu Gus Faiz.

"Berikan kehangatan pada tubuhnya seperti tangan, kakinya juga, kening dan bagian dadanya," jelas Ayah Gus Faiz.

"Abi, ke rumah Habib Raihan untuk bertanya?" tanya Gus Faiz.

"Jangan Nak, banyak tamu yang datang di hari raya jadi jangan diganggu," jawab Abi.

Gus Faiz dan Abinya keluar kamar hanya ada Naina dan ibunya Gus Faiz memberikan minyak kayu putih. "Ya Allah dia wanita yang baik jangan memberikan sebuah ujian berat untuknya," ucap Ummi Gus Faiz.

Naina mulai memberikan minyak kayu putih di tangan Ratih, "Ummi bagaimana jika menelpon saja dokter konsultasi sebentar?" Tanya Naina.

Ummi menganggukan kepalanya sembari melihat Ratih masih pingsan, Ummi memberikan minyak kayu putih di dada dan kening Ratih.

Naina menelpon dokter menangani Ratih. "Assalamualaikum dokter maaf menganggu saya ingin bertanya, Ratih sekarang pingsan kira-kira ini bahaya sekali apa tidak?" Tanya Naina.

"Waalaikumussalam tidak menganggu nak, kira-kira pingsan sudah lebih dari lima belas menit?" Tanya dokter.

Naina melihat jamnya mulai menghitung, "Belum, dia-" lirikan Naina melihat Ratih masih pingsan.

Tangisan Santriwati (SELESAI) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang