Assalamualaikum semuanyaJangan lupa tinggalkan jejak sebelum membaca
Ada typo? Komentar ya
Happy Reading
PART 18+
Gus Faiz dan yang lainnya mulai lelah mencari keberadaan Ratih yang tidak kunjung ketemu, membuat mereka semakin khawatir akan terjadi apa-apa pada Ratih.
Sesampainya di pondok pesantren Qolby, Habib Raihan duduk di kamar Gus Faiz ia mulai terlihat sangat cemas dan mulai kelelahan.
"Minumlah ini," pinta Gus Faiz memberikan segelas air putih kepada Habib Raihan.
Habib Raihan melamun tidak mendengarkan ucapan Gus Faiz, Gus Faiz mulai menepuk bahu Habib Raihan.
"Ada apa?" Tanya Gus Faiz.
Habib Raihan mulai mengambil air putih itu dan meminumnya dengan perlahan, lalu ia mengambil nafas dengan perlahan sembari mendengarkan hati dan pikirannya.
"Ya Habib Raihan, jangan berpikir negatif itu tidak baik tenangkan dirimu berdzikirlah," ucap Gus Faiz.
"Ya, entahlah bagaimana Gus Ikhsan menyikapi dirinya sendiri, dia terus menelpon bukan? Ikatan mereka bisa sangat kuat seperti itu ya," ucap Habib Raihan.
Habib Raihan mulai berpikir tangannya menaruh gelas di meja dan mulai berjalan menuju jendela, menatap santriwati bermain bahagia di lapangan.
"Ya aku juga tidak percaya akan hal itu, dia merasakan khawatir sebelum kita tahu apa yang terjadi pada Ratih," ucap Gus Faiz.
Suara adzan mulai berkumandang waktu menuju kan jam setengah empat sore, mereka berdua mulai mengambil wudhu dan solat.
Disisi lain Gus Ikhsan mulai mendirikan solat lalu ia pergi ke stasiun kereta untuk pergi menuju rumahnya.
Fania solat berjamaah dengan Raina, Naina di rumah milik Naina, setelah itu mereka mulai menenangkan diri sendiri-sendiri dengan bertasbih, murojaah dan berdoa.
Gus Faiz dan yang lainnya sudah mulai kembali ke pondok dan tidak mungkin mencari Ratih di malam hari karena akan kesulitan.
★✩★✩
Waktu begitu cepat, Gus Ikhsan mulai menaiki keretanya itu dengan hati yang bersih dan keinginan yang baik.
Ratih mulai solat menggunakan mukenah yang sudah disediakan, ia mulai bertasbih mengatur nafasnya dengan perlahan karena ia sudah terlalu lelah, setelah ia selesai solat ia mulai mengangkat kedua tangannya itu dan mulai menatap tangannya yang kosong.
"Bismillah, Allahuma solialaihwassalam. Sebuah kepercayaan ku padamu ini sangatlah kuat ya Allah, berikan aku suatu jalan untuk kembali ke pondok dalam keadaan selamat entah ada seseorang yang engkau utus untuk membantuku atau mungkin dengan caraku sendiri yang di bimbing olehmu ya Allah," batin Ratih.
Suara orang mengobrol mulai terdengar dari luar kamar mereka semua asik mengobrol dan bercerita dengan suara berat dan lantang.
Ratih mulai murojaah dengan suara perlahan, setelah ia selesai murjoaah ia mulai menutup matanya karena mengantuk.
Santriwati dan Gus Faiz sekaligus ustadz lain mulai beraktivitas seperti biasanya agar semua santriwati tidak ada yang mengetahui Ratih yang di culik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangisan Santriwati (SELESAI) ✅
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA) Apa rasanya seorang anak yang tidak di anggap oleh kedua orang tuanya dan menitipkan di sebuah pesantren sejak berumur 5 tahun? Ratih menunjukan ia memilih air bunga itu. "Bagus saya sudah duga akan hal itu." Seorang...