Assalamualaikum semuanya
Salam hangat dari Author 😊👋
Panggilnya Yanah aja kali ya dari pada Author 😂😊Jangan lupa tinggalkan jejak sebelum membaca
Ada typo? Komentar ya
Doakan semoga terbit juga sekalian hehe
Happy Reading
Ratih mulai mengelengkan kepalanya itu dengan perlahan, ia menolak apa yang di ucapkan Fania kepadanya.
"Tidak, jangan berpikir seperti itu Ratih, tidak baik lagi pula banyak yang harus di pikirkan ke depannya, tidak ada yang tahu masa depan nanti entah bahagia atau sedih, siapa si manusia yang tidak mau hidupnya damai tentram berkumpul dengan keluarga harmonis dan bertemu jodoh seperti Gus Ikhsan," ucap Ratih.
"Hem?" Tanya Raina.
Mata Ratih mulai membulat dengan sempurna ia sangat terkejut kedatangan Raina, ia takut Raina mendengar semua ucapan Ratih.
"Kenapa terkejut seperti itu? Kamu bicara apa?" Tanya Raina sembari tersenyum tipis.
"Haa dia tersenyum tipis aku malu, jika ia mendengarkan hal itu," batin Ratih sembari menelan ludahnya dengan kasar.
"Pipinya memerah malu, wajar umur segini dia memikirkan cinta masa puber," batin Raina.
"Mbak tidak mendengar ucapanmu dari tadi kamu berbicara sendiri ada apa?" Tanya polos Raina.
"Benarkah dia tidak mendengarkannya?" Tanya Ratih.
"Ya mbak tidak mendengarnya, kamu sudah wudhu?" Tanya Raina.
Ratih menganggukan kepalanya itu. "Ya sudah mbak mau wudhu dulu," ucap Raina.
Fania datang kembali sembari membawa cemilan ia memberikan kepada Ratih sembari tersenyum.
"Jangan membahasnya lagi, seandainya mereka berdua melamarku baru akan ku pilih salah satu dari mereka kan ini tidak ngapain di pikirkan," omel Ratih sembari memakan keripik pisang manis.
"Haa benar juga ya, halu saja dulu Ratih hemm kalau tidak ya berdoa," ucap Fania.
"Tidak, lebih bagi berdoa agar di lapangkan rezekinya, di beri kemudahan dalam setiap langkah jodoh tidak akan tahu, jika Allah SWT berkehendak kita belum mendapatkan pasangan akan tapi sudah meninggalkan kita tidak tahu," jelas Ratih.
"Ya benar deh namanya juga manusia pasti merasakan dan tumbuhnya cinta, oh ya Ratih besok mau ikut aku pergi tidak keluar pondok di perbolehkan keluar loh?" Tanya Fania.
"Ya boleh," jawab Ratih.
Di rumah besar milik Habib Makmur pemilik pondok pesantren itu, memiliki rumah mewah, bersih.
Dua orang lelaki duduk mulai menatap kitab dan buku itu dengan meja sederhana.
Seorang lelaki duduk di bangku memakai kacamata, memakai pakaian jubah berwarna putih menatap kitab.
Gus Faiz dan Habib Raihan mulai belajar bersama Ayah Habib Raihan, sudah satu jam lebih mereka belajar.
Akhirnya selesai pembelajaran itu. "Katakan nak Faiz, bagaimana sistem di pondok pesantren aman?" Tanya Habib Raihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangisan Santriwati (SELESAI) ✅
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA) Apa rasanya seorang anak yang tidak di anggap oleh kedua orang tuanya dan menitipkan di sebuah pesantren sejak berumur 5 tahun? Ratih menunjukan ia memilih air bunga itu. "Bagus saya sudah duga akan hal itu." Seorang...