Jangan lupa tinggalkan jejak sebelum membaca.
Saya merubah nama Mufid menjadi Liya, Nunung menjadi Dewi sedangkan Iip menjadi Karina, jika menemukan nama mereka bertiga tinggalkan jejak ya terima kasih
Dua hari berlalu begitu cepat Ratih sudah dibolehkan untuk pulang ke pondok pesantren sebelum hari raya idul adha.
Ratih masih pucat, lemas tidak ada semangat ketika melihat tubuhnya lemas.
Tiara mengemasi pakaian Ratih dan dirinya di tas yang sama, Ratih hanya bisa diam menatap Tiara begitu baik kepada dirinya itu.
Wajah Ratih masih pucat dan lemas membuat dirinya tidak bergerak terlalu banyak. "Ibu," ucap Ratih suaranya sangat lemas itu membuat Tiara membalikkan tubuhnya itu.
"Kenapa? Mau makan atau mau sesuatu yang lain?" Tanya Tiara dengan cemas.
Ratih menggelengkan kepalanya itu sembari menatap seorang lelaki datang membuka pintu dengan pakaian serba rapi, kemeja putih memakai jas hitam dan sarung hitam, sebuah peci warna hitam menatap Tiara cemas kepada Ratih.
"Assalamualaikum," ucap Gus Faiz.
Ratih menundukkan kepalanya karena malu. "Waalaikumussalam," ucap Tiara dan Ratih secara bersamaan.
"Bagaimana Ratih, apakah ada keluhan?" Tanya Gus Faiz.
Ratih menggelengkan kepalanya itu. "Tiara, aku ingin berbicara dengan dirimu boleh, keluar sebentar?" Tanya Gus Faiz.
"Gus Faiz pasti sudah menemukan solusinya," batin Tiara, Gus Faiz keluar terdiam di depan pintu kamar inap Ratih, Tiara menyusul Gus Faiz mulai bertanya tanpa ada rasa malu.
"Bagaimana Gus apakah sudah ada solusinya?" Tanya Tiara menundukkan kepalanya itu.
"Sudah, kamu, Naina dan Ratih akan tinggal di rumah Naina karena Ratih masih harus dikontrol dengan teliti Tiara, jadi jangan menolaknya," ucap Gus Faiz.
"Sepertinya Ratih tidak akan mau Gus Faiz karena dia tidak menginginkan di beda-bedakan seperti itu, apa lagi sifat tawadhu Ratih sangat tinggi ia selalu merendahkan dirinya sendiri," pungkas Tiara.
"Sementara Tiara, tidak selamanya karena butuh waktu untuk berbicara dengan Abah Makmur untuk membicarakan keinginan kami, yaitu merubah sistem pondok pesantren agar lebih rapi lagi. Penambahan jadwal bahkan pengurangan mungkin, itu butuh waktu yang banyak," jawab Gus Faiz.
"Saya akan bilang dan membujuk Tiara agar mau, terima kasih Gus Faiz. Demi Ratih pondok pesantren jadwal diubah," ucap Tiara.
"Sementara Tiara, tidak selamanya kuatkan hati Ratih, kami melakukan hal ini karena kami mengetahui semangat Ratih dalam belajar ilmu agama. Walau pun kami selalu mengajarkan sesuatu kepada Ratih dengan cara berbeda," jelas Gus Faiz.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangisan Santriwati (SELESAI) ✅
Ficção Adolescente(FOLLOW DULU BARU BACA) Apa rasanya seorang anak yang tidak di anggap oleh kedua orang tuanya dan menitipkan di sebuah pesantren sejak berumur 5 tahun? Ratih menunjukan ia memilih air bunga itu. "Bagus saya sudah duga akan hal itu." Seorang...