Jangan lupa vote yuk bantu author pemula ini berkembang, terimakasih.
Aulia menatap Ratih. "Sepertinya ini orang salah minum obat deh tidak sadar diri keinginan sama bakatnya beda jauh, gaya benar ini orang pakai mau kejar hafalan, kejar baca kitab kosong mengaji buat makhraj saja susah lihat saja nanti maghrib siap-siap di marahin habis-habisan sama pak Kiai mampus!"
Seorang wanita berpakaian rapi memakai sarung hitam dengan baju atasan santriwati berwarna hijau mint dengan kerudung hitam menatap Ratih. "Ratih hey sudah pulang?" tanya Liya
"Ya Mbak sudah pulang baru saja," ucap Ratih.
"Kamu sudah sarapan?" Tanya Liya.
"Tadi di rumah sakit makan kok Mbak, belum lapar lagi," tolak Ratih.
"Senang gitu ada apa?" tanya Liya.
"Tadi ada surat dari orang tua aku Mbak."
"Wahh ... mbak boleh lihat surat tulisan seperti apa orang tua kamu?" ucap Liya
"Boleh Mbak, Mbak kebiasaan lihat tulisan orang-orang gitu."
"Heheh ....," Liya yang membuka suratnya dan menatap tulisan dengan tatapan tajam.
"Mengapa tulisan tidak asing bagi diriku," lirih Liya.
"Kenapa Mbak? Tulisan bagus ya rapi," ucap Ratih masih ceria.
Ibu Tiara mulai menghampiri Liya dengan heran.
"Assalamualaikum, Liya kenapa?" tanya Ibu Tiara."Waalaikumussalam Ibu Tiara, surat dari orang tua Ratih tulisannya itu loh bu."
"Tulisan kenapa?" tanya Ibu Tiara mengambil surat tersebut dan menatap tajam tulisannya.
"Wahh aku tidak asing sama tulisan ini siapa ya? Fiks ini sepertinya bukan orang tua Ratih kirim orang lain kirim tapi siapa?" batin Ibu Tiara.
"Kok kalian berdua diam kenapa? Ada yang salah sama tulisannya?" tanya Ratih dengan heran.
"Tulisan orang ada yang sama persis tapi beda orang," ucap ibu Tiara.
"Ya Bu, saya juga lupa siapa yang persis tulisan seperti itu."
Ibu Tiara memberhentikan dirinya untuk berpikir suatu hal yang negatif. Ia mulai pamit pergi.
"Ratih nanti makan lagi ya jaga kesehatan Ibu ada urusan. Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam."
Ratih melanjutkan belajarnya itu di depan kamar nomor tiga belas blok F.
Liya mulai penasaran dengan siapa penulis asli surat Ratih."Mbak memang kenal sama tulisannya?" tanya Ratih.
"Tidak asing saja lihatnya, hehe," ucap Liya
"Mungkin saja Mbak Liya lihatnya pas pendaftaran kan tulisan pasti ada."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangisan Santriwati (SELESAI) ✅
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA) Apa rasanya seorang anak yang tidak di anggap oleh kedua orang tuanya dan menitipkan di sebuah pesantren sejak berumur 5 tahun? Ratih menunjukan ia memilih air bunga itu. "Bagus saya sudah duga akan hal itu." Seorang...