19. Impian hancur?

1.2K 103 37
                                    

   Jangan lupa tinggalkan jejak

Jika ingin memberi saran/kritik silahkan ya, ada typo? Komentar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika ingin memberi saran/kritik silahkan ya, ada typo? Komentar

   Mbak Liya hanya diam sembari menghafal kitab miliknya, hancur ketika impian dan keinginan berbeda dengan kemampuan dirinya.

   Insecure selalu dirasakan Ratih, melihat semua menghafal kitab dengan baik dan bacaan benar membuat iri Ratih.

    Ratih menghapus air matanya menatap sekeliling sedang menghafal kitab. "Belajar makhraj sudah lama, akan tetapi tidak ada perubahan sama sekali, hafalan apa lagi, sebodoh itulah diriku? Apakah aku harus lebih keras lagi dalam belajar, aku selalu belajar ketika semuanya terlelap tidur," batin Ratih menatap sekelilingnya itu.

    Membuang rasa iri sangat sulit bagi Ratih, kenyataan selalu berbeda dengan keinginan dirinya.

    "Impian diriku selalu berbeda dengan kemampuan," batin Ratih menahan air matanya itu.

    Naina datang menegur Ratih yang menahan air matanya itu. "Kenapa?" tanya Naina.

   Ratih tersenyum sembari mengelengkan kepalanya. "Kamu tahu membangun impian itu sangatlah sulit," ucap Naina duduk di samping Ratih.

"Bukan bermimpi mudah ya Mbak?" Tanya heran Ratih.

   Naina memegang tangan Ratih. "Mimpi mudah, membangun impian menjadi kenyataan yang sulit Ratih. Impian boleh melebihi langit akan tetapi apakah kita sanggup hal itu? Yakinlah kepada Allah SWT, ia akan memberikan kekuatan kepada manusia meminta bantuan kepada dirinya, yang tidak menjadi mungkin menjadi mungkin dengan kuasa Allah SWT walau pun banyak rintangan menghiasi itu," Jelas Naina.

   Ratih tersenyum palsu sembari menganggukan kepalanya. "Ya, Mbak mungkin ini masih senyuman palsu besok senyuman palsu ini akan hilang  Ratih akan selalu berdoa dan berusaha walau pun hasil nol, senyuman ini akan ikhlas menerima kenyataan." Ratih memegang erat tangan Naina.

   "Butuh waktu penyesuaian Ratih, rintangan menjadi, kenangan di saat kamu sukses nanti kamu akan selalu mengingat hiasan itu," ucap Naina tersenyum sembari melepaskan genggaman erat Ratih mulai membaca kitab miliknya.

    Ratih mulai memejamkan matanya mengatur amarahnya sendiri, mulai bertasbih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

     Akhirnya ditunggu-tunggu adalah solat setelah solat langsung bersalaman disekitar lalu pergi menuju kamarnya.

     Ratih mulai tersenyum tangan Ratih digenggam erat oleh Naina. "Gitu senyum, di mana ada kemauan pasti akan bisa menyesaikan. Jika kamu berniat akan hal itu maka pasti bisa," bisik Naina.

  Setelah selesai solat semua santriwati melipat mukanya sembari bercanda.

   Semua melipat mukenah dan dan arah dengan rapih. "Tidak sabar datang Habib Raihan, apa lagi Habib Adlan," sorak Maya.

Tangisan Santriwati (SELESAI) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang