Assalamualaikum
Jangan lupa tinggalkan jejak sebelum membaca
Ada typo? Komentar ya
Happy Reading
Tiara mulai menatap Ratih. "Kenapa Ratih? Ibu tahu apa yang kamu rasakan, kamu menyukai Gus Ikhsan bukan? Tidak apa-apa nak, namanya juga manusia tumbuhnya rasa cinta akan tapi jangan sering-sering zina pikiran ya, doakan saja doanya adalah
Ya Allah berikan hidupku di masa depanku seperti ... sebutkan keinginan jodohmu itu seperti apa, kriterianya sebutkan Allah tahu yang terbaik untuk dirimu, hemm jika berdoa ya Allah jodohkan diriku dengan Gus Ikhsan, akan tapi Gus Ikhsan bukan jodoh kamu lebih baik kamu berdoa seperti awal ibu contoh kan itu," jelas Tiara."Ibu, kenapa Fania dan Ibu mengira aku mencintai Gua Ikhsan, padahal menurutku aku mencintai Habib Raihan?" Tanya Ratih.
"Pandangan orang berbeda-beda, yang tahu apa yang kamu rasakan adalah diri kamu sendiri Ratih, hemm belajarlah yang rajin."
Ratih tersenyum melihat Ibu Tiara ada di hadapannya mengobrol banyak hal. "Aku tidak bisa membayangkan Ibu Tiara dan Gus Faiz menikah nanti dan yang aku bayangkan Ibu dan Gus Faiz akan mencuri-curi pandang sembari tersenyum tipis satu sama lain, selamat ya Ibu, doa yang terbaik untuk Ibu Tiara dan Gus Faiz," ucap Ratih.
Tiara mulai menggelengkan kepalanya itu. "Sudahlah sana pergi lihatlah Naina bawa apa, nanti di habiskan oleh mereka berdua," ucap Tiara.
Ratih keluar dari kamar menghampiri Naina dan Fania.
Tiara mulai terkekeh pelan dengan ucapan Ratih kepadanya. "Jangan membayangkannya Tiara," tolak Tiara, pipinya mulai memerah dan ia mulai menggelengkan kepalanya itu.
★✩★✩
Ke esokan harinya, Ratih dan Fania sudah bisa masuk pondok melakukan aktifitas seperti biasanya sedangkan Tiara sudah pergi menuju rumahnya untuk mempersiapkan lamaran dirinya sendiri.
Di kelas sekolah madrasahnya ia mulai menatap papan tulis dengan menggunakan kacamatanya itu sembari tersenyum bahagia melihat tulisan arab ada di papan tersebut.
"Betapa aku merindukan hal ini, belajar agama. Mencintai ilmu, menimba ilmu itu sangat penting," ucap Ratih.
Pandangannya mulai melihat buku tulis miliknya itu, tulisannya hampir menyerupai tulisan Gus Ikhsan karena Ratih sudah terbiasa latihan menulis menggunakan kertas yang di berikan oleh Gus Ikhsan.
"Semangat Ratih, masih panjang perjuangannya, tidak akan mungkin masa depan yang di inginkan indah sekali akan tapi tidak melalukan kerja keras untuk membuatnya indah itu tidak mungkin," ucap Ratih.
Guru mulai menjelaskan pelajaran bahasa nahwu.
ISIM
Adalah kata yang menunjukkan suatu makna, dimana kata tersebut tidak terikat dengan waktu.
⛔Isim adalah seluruh kata benda, baik itu benda mati maupun benda hidup.
Tanda-tanda isim
1. Diawali alif dan lam
Jika diawali alif dan lam, maka kata tersebut ialah isim.Contoh:
الْمَكْتَبَةُ ( Perpustakaan )
اْلكِتَابُ ( Buku )2. Tanwin
Jika terdapat tanda tanwin pada sebuah kata, maka kata tersebut adalah isim.Contoh:
اِشْتَرَيْتُ قَلَمًاAku telah membeli sebuah pena
3. Khafadh
Khafadh yaitu baris kasrah, jika sebuah kata berharakat kasrah maka kata tersebut adalah isim.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangisan Santriwati (SELESAI) ✅
Teen Fiction(FOLLOW DULU BARU BACA) Apa rasanya seorang anak yang tidak di anggap oleh kedua orang tuanya dan menitipkan di sebuah pesantren sejak berumur 5 tahun? Ratih menunjukan ia memilih air bunga itu. "Bagus saya sudah duga akan hal itu." Seorang...