"Eh kalian sudah pada datang? Sini ayo masuk dulu!" ajak seorang wanita paruh baya berusia 41 tahun sambil menggiring dua anak lelaki masuk ke dalam rumahnya.
Kini mereka bertiga sudah berada di meja makan. Hari ini Indy memang mengundang kedua sahabat putranya itu untuk sarapan bersama sebagai perayaan ulang tahun putra tunggalnya yang genap berusia 23 tahun.
Kelvan yang meminta agar ulang tahunnya tidak dirayakan seperti sebelum-sebelumnya. Ia pikir tak perlu lagi ada acara mewah dan heboh di usianya yang sudah sangat dewasa.
"Kelvan masih tidur kayaknya! Bunda panggilin dulu ya! Kalian tunggu saja di sini! Kalau mau apa-apa panggil saja Daia!" pesan Indy sebelum naik ke lantai atas untuk membangunkan putranya yang bernama Kelvan itu.
"Siap Bunda!" ucap Arlan dan Erlan sambil mengacungkan jempol masing-masing. Mereka berdua ini adalah tetangga sebelah rumah sekaligus sahabat dari Kelvan.
"Kelvan sayang! Ayo bangun Nak! Arlan sama Erlan sudah datang tuh!" Sayup-sayup Arlan dan Erlan mendengar suara Indy dari lantai atas.
"Nghh," desah Kelvan yang sepertinya tidak ingin meninggalkan ranjang. Ia memang kurang tidur semalam.
Konser dadakan yang diselenggarakan tiga serangkai membuatnya tak bisa tidur, ia takut jika efek dari konser yang ia lihat berakibat mimpi buruk.
"Eits! Anak Bunda yang paling ganteng! Ayo atuh bangun Nak! Sarapannya sudah jadi tuh! Nanti Bunda suapin lagi deh!" ucap Indy yang masih mencoba untuk membujuk putranya yang susah sekali bangun itu.
"Bener ya Bun? Suapin pokonya!"
"Tapi boong!"
"Bunda!!!"
Arlan dan Erlan bersusah payah untuk menahan tawa mereka setelah mendengar percakapan itu. Sahabat mereka yang satu ini memang terkenal dengan sifat manjanya, jadi bukan hal aneh jika mereka mendengar percakapan itu pagi-pagi begini.
Tak lama Indy menuruni tangga sambil merangkul pinggang putranya yang jauh lebih tinggi darinya itu. Kelvan terlihat sedang mengucek-ngucek matanya sambil sesekali menguap lebar.
Ia segera duduk di salah satu kursi di sebelah Erlan. Kemudian menatap satu persatu sahabatnya itu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Oh shit my eyes! Bosen banget gue ngeliat muka kalian di sini! Mana masih pagi lagi!" ucap Kelvan sambil menutup matanya dengan telapak tangan.
Ia jadi teringat kejadian tadi malam, kejadian yang hampir merusak kornea matanya. Kelvan yakin, kejutan tadi malam akan ia ingat sampai 50 tahun kemudian.
Arlan dan Erlan hanya saling pandang sambil mengumpati makhluk bernama Kelvan itu dalam hati.
Tak lama, Nevan, ayahnya Kelvan datang dengan setelan jas berwarna hitam dan duduk di kursi kebesarannya.
"Halo Om!" sapa Arlan dan Erlan sambil ber-tos ria dengan Nevan.
Kemudian Kelly dan Vino pun ikut bergabung di meja makan. Tak lama, muncul dua orang berpakaian rapi sambil tersenyum ke arah Kelvan.
"Cucu Nenek!" panggil Resti, ibunya Indy yang baru saja datang bersama Gilang seraya mengecup kening Kelvan.
"Nenek sama Kakek kok jarang ke sini? Kelvan kangen tau!" tanya Kelvan dengan ekspresi cemberut.
"Harusnya kamu dong yang mengunjungi Nenek dan Kakek kamu," ucap Gilang sambil menyentil pelan bibir Kelvan.
"Sorry Kek!"
"Rame banget rumah gue kayak lagi ada acara lamaran," batin Kelvan setelah menatap satu persatu orang yang duduk di meja makan.
Kini semua orang sudah duduk di meja makan. Kecuali Daia. Ketika Indy menyuruhnya untuk ikut duduk di meja makan, ia malah menolak.
Daia berkata. " Daia mau lanjutin nyapu dulu Bun, tanggung. Kata mama kalau nyapunya nggak bener dan nggak bersih, nanti suami Daia brewokan!"
Alhasil Indy hanya bisa pasrah dan membiarkan gadis itu melanjutkan kegiatan menyapunya.
Acara sarapan sekaligus perayaan ulang tahun Kelvan berjalan sempurna, mereka menyanyikan lagu selamat ulang tahun dengan kompak kemudian Kelvan meniup lilin kue ulang tahunnya.
"Yeay! Make a wish dulu, Sayang!" ucap Indy dengan semangat.
Kelvan langsung menutup matanya dan membuat keinginan dalam hati.
"Ya Allah, jika Jennie Blackpink adalah jodohku, maka dekatkanlah! Tetapi jika bukan, ya tolong jodohin, Aamiin!" ucapnya dalam hati.
Setelah memotong kue, semuanya langsung melanjutkan sarapan. Mereka semua menyantap sarapan masing-masing termasuk Kelvan. Namun bedanya, lelaki itu makan sambil disuapi oleh Bundanya, Indy.
Pria satu ini memang sangat manja. Di usianya yang sudah menginjak 23 tahun, Kelvan malah berprilaku seperti anak SD yang selalu ingin minta dikeloni.
"Ekhem, jadi bagaimana Kelvan tentang tawaran Kakek waktu itu? Kamu mau ikut ke Jerman sama Kakek? Mengurus perusahaan Kakek yang ada di sana?" tanya Vino tiba-tiba sambil terus menyantap sarapannya.
Kelvan meneguk salivanya. Ia paling benci jika kakeknya itu sudah mengungkit masalah Jerman dan perusahaan.
Bila ia mendengar kata "Jerman" saja langsung membuatnya meringis. Pergi ke Jerman sama saja dengan ia jauh dari Indy, bunda kesayangannya.
Jauh dari Indy adalah hal yang tak mungkin Kelvan sanggupi. Sedari kecil ia sudah terbiasa hidup dan tinggal bersama Indy. Ia juga sangat manja dengan bundanya itu, Mana bisa ia jauh-jauh dari Indy?
"Gimana Kelvan?" tanya Vino sekali lagi.
Kelvan sudah sangat lelah mendengar ajakan itu. Ia sama sekali tak berminat dan tak ingin pergi ke Jerman bersama kakeknya.
Kini jawabannya sudah bulat. Ia sudah yakin jika ia harus menolak tawaran ini. Ia tak ingin jika Vino terus menerornya dengan kata "Jerman".
Ia harus berani menolak dan berkata tidak. Bagaimana pun caranya, ia tidak akan pernah ikut ke Jerman bersama dengan kakeknya.
"Kelvan nggak bisa Kek," ucap Kelvan pada akhirnya sambil menunduk.
Vino mengernyitkan dahinya, tak percaya dengan penolakan dari Kelvan yang baru saja ia dengar.
"Kenapa? Apa alasannya?" tanya Vino.
Kelvan terlihat sedang menggaruk-garuk kepalanya, sedang berusaha keras untuk mencari alasan yang tepat. Tiba-tiba saja maniknya menangkap seseorang yang berada tak jauh darinya.
"Ada wanita yang harus Kelvan nafkahi. Kelvan mau nikah sama Daia!" ucap Kelvan dengan mantap sambil menunjuk ke arah Daia yang tengah asik menyapu.
Daia menganga tak percaya. Ia menatap ke arah Kelvan dengan tatapan ingin menerjang. Daia berjanji, setelah ini ia akan menghabisi lelaki kampret itu.
"APA?" tanya semua orang yang berada di meja makan dengan tatapan tak percaya.
"Sial! Mulut gue emang harus ikut bimbel! Eh mereka nggak percaya kan sama celetukan gue? Kalau udah begini, gimana dong? Gue harus kawinin Daia? Oh ini adalah kata terlarang dari kamus hidup gue!" batin Kelvan sambil merutuki dirinya sendiri.
•°•
Hai guys!
Akhirnya sampai di part dimana Kelvan ngelamar Daia dengan sangat tidak estetik.
Kira-kira part selanjutnya gimana nih?
Jangan lupa untuk komen dan klik tombol bintang di bawah ini 💕
See u!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Manja Husband
RomanceSequel My Cute Little Wife Ketika celetukan lelaki manja bernama Kelvan membuat ia dan babunya berakhir di pelaminan. "Ekhem, jadi bagaimana Kelvan tentang tawaran Kakek waktu itu? Kamu mau ikut ke Jerman sama Kakek? Mengurus perusahaan Kakek yang a...