PART 38- Quality Time

5.7K 545 250
                                    

Tak terasa dua bulan sudah berlalu, Kelvan dan Daia sudah melaksanakan wisuda mereka bulan lalu dan resmi bekerja di sebuah perusahaan konsultan jasa arsitek besar di Bandung.

Mereka berdua sungguh tak menyangka bisa bekerja di perusahaan yang sama, namun dengan tugas yang berbeda. Jika Kelvan bekerja sebagai salah satu arsitek yang mendesain bangunan pesanan klien, Daia bertugas sebagai drafter yang menyempurnakan desain yang Kelvan buat.

Mereka sangat berusaha keras dalam melakukan pekerjaan mereka agar bisa menjadi arsitek sukses suatu hari nanti. Dan pekerjaan ini sangat menyenangkan bagi keduanya, karena mereka bekerja di bidang yang mereka sukai.

Kelvan berjalan santai melewati meja kerja yang Daia duduki. Kemudian meninggalkan selembar kertas kecil di meja itu. Ia hanya menatap Daia sekilas sambil tersenyum, kemudian melanjutkan langkahnya.

Daia yang tak asing dengan kode itu segera membaca isi surat itu dan tersenyum kecil.

"Ke tempat biasa ya!" pesan Kelvan dalam surat itu.

Daia tersenyum miring sambil menatap punggung Kelvan yang mulai menjauh. Kemudian meminta izin ke seniornya untuk pergi ke toilet.

"Bu, saya ke toilet dulu ya!" ujar Daia yang langsung diberi anggukan kecil oleh seniornya.

"Oke Daia!"

Daia segera berjalan menuju "tempat biasa" yang Kelvan bilang. Tempat biasa yang pria maksud adalah tangga darurat yang biasanya sepi di jam kerja seperti ini.

"Van!" panggil Daia setelah ia menutup pintu.

Kelvan yang melihat Daia segera memeluk wanita itu dengan erat dan bersandar di pundaknya.

"Kangen!" ujar Kelvan dengan nada manja yang membuat Daia tak bisa menahan senyumnya.

"Perasaan kita ketemu terus deh. Nggak bosen kamu liat muka aku setiap hari?" tanya Daia sambil tertawa kecil.

Ada yang baru dari keduanya. Jika dulu mereka saling memanggil dengan panggilan "lo-gue" kini mereka meng-update panggilan itu menjadi "aku-kamu".

"Bosen apanya? Malah makin candu!" jawab Kelvan yang lagi-lagi membuat Daia merasa salting.

Ya beginilah mereka, ketika suasana sedang mendukung, mereka akan bersikap romantis seperti pengantin baru. Namun terkadang juga mereka akan berbaku hantam atau bahkan perang dingin.

"Gombal terus!" cibir Daia menutupi kesaltingannya.

"Susah juga mau manja-manjaan gini!" keluh Kelvan sambil mengeratkan pelukannya.

Kelvan yang sangat manja memang sedikit tertekan karena tidak bisa merealisasikan sifat manjanya kepada Daia.

Walau rekan kerja mereka tahu bahwa Kelvan dan Daia adalah pasangan suami-istri, namun mereka tidak bisa bermanja-manjaan di kantor. Mereka harus tetap bersikap profesional dalam bekerja.

Di rumah juga agak sulit, pasalnya setelah mereka pulang bekerja, mereka pasti akan merasa lelah dan langsung istirahat.

"Ya mau gimana lagi Van! Kamu pulang kerja aja langsung manja-manjaan sama Michel! Akunya dianggurin!" ujar Daia mengeluarkan unek-uneknya.

"Kamu juga kan langsung beres-beres rumah, sama kerja di dapur!" balas Kelvan tak mau kalah.

"Kok jadi nyalahin aku?!" tanya Daia dengan ekspresi wajah kesal. Bahkan ia segera melepaskan pelukannya di tubuh Kelvan.

"Eh iya aku yang salah! Maaf ya Dai!" ucap Kelvan dengan cepat seraya menggenggam tangan Daia.

"Dai, gimana kalo kita nyewa asisten rumah tangga? Jadi setelah kita pulang ke rumah, kita punya banyak waktu buat manja-manjaan?" usul Kelvan yang langsung mendapat penolakan dari Daia.

My Manja HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang