"Dari mana aja lo?!"
"Gue--" Daia tak melanjutkan ucapannya begitu Kelvan mulai menyudutkannya sehingga punggung gadis itu menempel di pintu kamar.
Disudutkan seperti itu, ditambah dengan ekspresi wajah Kelvan yang tidak bersahabat membuat Daia bungkam. Kelvan tak pernah terlihat semarah ini sebelumnya, kali ini apa salahnya?
Mata Kelvan masih menatap tajam objek di hadapannya. Entahlah hari ini mood lelaki itu memang sangat buruk. Ditambah setelah ia melihat Daia dan Erlan di bawah tadi. Sungguh, ia benci melihat pemandangan itu.
"Lo nggak tau sekarang jam berapa? Udah malem gini malah kelayapan sama cowok lain! Gini Dai, kayaknya gue harus ngingetin lo kalau gue itu masih suami lo. Seenggaknya bersikap kayak istri yang baik."
"Apa wajar gue ngeliat lo malem-malem gini mesra-mesraan sama cowok lain?! Tenang Dai, lo bisa mesra-mesraan sama cowok lain, tapi nggak sekarang, lo bisa ngelakuin itu setelah kita pisah!" ucap Kelvan dengan nada dingin.
Daia yang mendengar ucapan Kelvan langsung menunduk. Entah mengapa hatinya sedikit terluka setelah mendengar kata-kata yang Kelvan lontarkan.
Sebenarnya bisa saja Daia membalas perkataan Kelvan dan berdebat sekarang juga. Namun entah mengapa Daia tak bisa, bibirnya terasa kelu, tak sanggup untuk membalas.
Melihat Daia yang hanya menunduk membuat Kelvan menghela nafas berat. Ia segera menjauh dari Daia sambil mengusap wajahnya gusar. Ia juga tak mengerti dengan perasaannya sendiri. Ada apa dengannya? Mengapa ia sangat marah?
"Maaf," ucap Daia yang masih menunduk.
Mendengar kata maaf dari Daia malah membuat Kelvan semakin kesal, kesal pada dirinya sendiri. Ia segera masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan Daia yang mematung sendirian.
•°•
Setelah mengganti pakaiannya, Daia langsung keluar dari kamar, ia ingin pergi ke lantai bawah, tepatnya dapur untuk mengambil minum.
Kelvan sudah lebih dulu tidur di atas ranjang. Setelah pertengkaran kecil yang terjadi satu jam yang lalu, Kelvan sama sekali tak berbicara sepatah kata pun, membuat Daia yakin bahwa Kelvan memang sangat marah padanya.
Setelah sampai di dapur, Daia langsung mengambil minuman bersoda dari dalam lemari es. Niatnya ia hanya ingin meminum air putih, namun ia mengganti niatnya itu, ia butuh sensasi minuman bersoda untuk membuatnya merasa sedikit lebih baik.
Ia duduk di meja dapur bernuansa bar itu sambil terus melamun. Ia terus memikirkan apa yang terjadi beberapa jam yang lalu. Mengapa tadi Kelvan begitu marah padanya?
Apa Kelvan marah karena ia keluar bersama dengan Erlan? Tapi apakah itu mungkin? Bukankah sejak dulu Daia sering jalan berdua dengan Erlan? Tapi kenapa sekarang Kelvan marah?
Sesaat Daia berpikir bahwa mungkin lelaki manja itu sedang cemburu. "Nggak, nggak mungkin! Gue mikir apaan sih?! Jelas-jelas Kelvan nggak pernah nganggap gue sebagai cewek!"
Daia kembali melamun, sangat sulit mendapatkan jawaban yang tepat dari apa yang terjadi hari ini.
"Tapi kenapa dia harus semarah itu?" Daia kembali bertanya-tanya.
Tiba-tiba Daia teringat, beberapa hari yang lalu ketika Kelvan sedang sakit, lelaki itu sempat membahas tentang batasan yang mungkin bisa saja ia lewati. Daia kembali dilema.
"Apa Kelvan suka sama gue?" tanya Daia pada dirinya sendiri. Namun sedetik kemudian ia langsung menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Gila! Ngapain sih gue nanya begini?! Jelas-jelas Kelvan pernah bilang kalau gue jauh banget sama tipe idealnya! Dia juga pernah bilang kalo dia sama sekali nggak akan pernah tertarik sama gue!"

KAMU SEDANG MEMBACA
My Manja Husband
RomanceSequel My Cute Little Wife Ketika celetukan lelaki manja bernama Kelvan membuat ia dan babunya berakhir di pelaminan. "Ekhem, jadi bagaimana Kelvan tentang tawaran Kakek waktu itu? Kamu mau ikut ke Jerman sama Kakek? Mengurus perusahaan Kakek yang a...