"Dai," gumam seseorang dengan lirih membuat Daia sedikit terusik dari tidur lelapnya.
"Daia," ucapnya lagi. Daia semakin terusik hingga ia menutupi wajahnya dengan selimut tebalnya.
"D-Daia~" Suara itu semakin kencang namun terdengar lirih dan bergetar, membuat Daia bangun seketika.
Ya, ia harus bangun untuk mengusir dedemit jail itu. Daia melirik sekilas ke arah ponselnya kemudian membuang nafas kasar setelah mengetahui jika sekarang masih pukul dua dini hari.
"Sial! Dedemit kurang ajar! Kenapa dia harus ganggu tidur gue yang nyenyak?" batin Daia.
"Daia~"
Daia hampir berteriak begitu dengan tiba-tibanya Kelvan yang sedang rebahan mengganti posisinya secepat kilat menjadi duduk sambil menatap Daia di tengah kegelapan kamar.
"Kelvan! Lo ngapain sih manggil gue malem-malem? Gue kira lo dedemit!" kesal Daia dengan ekspresi tak senang sambil terus berkomat-kamit.
Tak ada jawaban dari Kelvan. Lelaki itu hanya diam dengan tubuh yang gemetar. Daia yang melihat keanehan itu segera bangun dari sofa dan menyalakan lampu kamar.
Ia sedikit syok begitu melihat penampakan Kelvan yang tidak seperti biasanya. Wajah lelaki itu terlihat pucat dengan tubuh yang menggigil.
"Van lo kenapa?!" tanya Daia panik seraya menghampiri Kelvan.
Kelvan hanya membalas pertanyaan Daia dengan gelengan lemah membuat Daia semakin panik saja. Daia segera berinisiatif memegang kening Kelvan untuk mengetahui suhu tubuh lelaki itu.
"Omo! Lo demam Van!" ucap Daia setelah tangannya berhasil menyentuh kening Kelvan yang cukup panas.
Ia segera bangkit berdiri kemudian mencari obat demam dan memberikannya kepada Kelvan.
"Minum!" perintah Daia seraya menodongkan obat penurun demam di depan mulut Kelvan.
"Nggak mau! Obatnya pait kek muka lo!" tolak Kelvan sambil hitung-hitung menghujat Daia.
Daia mendengkus kesal. Jika saja Kelvan tidak sedang sakit,ia akan langsung meninju wajah lelaki itu hingga babak belur.
"Minum atau gue ngadu ke bunda kalo lo pernah ngilangin seperangkat Tupperware pink punya bunda!" ancam Daia sambil menunjukkan smirk-nya.
Ya, ia harap ancaman ini akan membuat Kelvan menurut padanya. Kelvan memang pernah menghilangkan Tupperware pink milik Indy beberapa hari yang lalu. Namun sampai sekarang Indy belum menyadari hal itu sedangkan Kelvan terus menutup mulut.
"Jangan gitu dong Dai! Kalo bunda tau, gue bakal diusir dari rumah. Atau nggak yang terburuknya, gue bakal dicoret dari KK! Gue nggak mau menggembel bareng lo Dai!" ucap Kelvan tak terima, namun masih dengan nada lemas.
"Bodo amat. Enaknya gue ngadu ke bunda kapan ya Van? Pas sarapan nanti kece kali ya? Ada ayah juga di sana, terus--"
Ucapan Daia terpotong begitu Kelvan merebut obat di tangan Daia dan meminumnya dengan sekali teguk bersama dengan air putih.
"Nah gitu dong, sekarang lo rebahan aja! Gue mau ambil aer kompresan dulu buat lo!" ucap Daia seraya keluar dari dalam kamar.
•°•
Daia mengecek suhu tubuh Kelvan yang masih tertidur. Ia tersenyum kecil begitu tahu bahwa demam Kelvan sudah menurun, walau lelaki itu belum sembuh total.
Untung saja hari ini mereka libur kuliah karena tanggal merah. Kelvan jadi bisa istirahat lebih, dan Daia bisa rebahan santuy sambil menghalu. Namun rencananya itu langsung musnah begitu Kelvan mulai bersuara.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Manja Husband
RomanceSequel My Cute Little Wife Ketika celetukan lelaki manja bernama Kelvan membuat ia dan babunya berakhir di pelaminan. "Ekhem, jadi bagaimana Kelvan tentang tawaran Kakek waktu itu? Kamu mau ikut ke Jerman sama Kakek? Mengurus perusahaan Kakek yang a...