PART 27- Pernyataan

5.1K 608 264
                                    

"Van, lo tidur di sini ya? Sama gue?" ajak Daia tiba-tiba yang langsung membuat Kelvan melongo seketika.

Apa yang baru saja ia dengar? Daia mengajaknya tidur bersama di sini? Apa ini mimpi? Atau Daia memang sedang memberikan lampu hijau untuknya?

"Dai lo serius?"

Daia mengangguk yakin. "Iya. Tidur di sini ya sama gue. Setelah gue pikir-pikir kamar ini gede banget ya Van. Apa lagi kamar ini udah lama nggak ditempatin. Gue jadi agak takut kalau tidur sendiri. Lo mau kan temenin gue?"

Kelvan bingung apa ia harus senang atau sedih sekarang. Ia sangat senang karena tiba-tiba Daia mengajaknya tidur seranjang lagi, namun ia juga sedih karena Daia mengajaknya tidur di sini bukan atas dasar real keinginan Daia, melainkan karena gadis itu takut tidur sendiri.

Dengan lesu Kelvan menghampiri Daia dan tidur si sebelah gadis itu. Ia tidur dengan posisi membelakangi Daia, Kelvan tak ingin Daia melihat ekspresi kecewanya saat ini.

"Makasih ya Van! Besok gue bikinin seblak!" ujar Daia sambil ikut berbaring.

"Bosen gue seblak mulu. Bikin anaknya kapan, Dai?" tanya Kelvan dalam hati. Sungguh mengadi-ngadi memang.

•°•

Setelah kelas selesai Kelvan segera mengajak Daia ke kantin untuk makan siang. Mereka duduk di meja paling pojok, tempat favorit mereka, terlebih lagi Kelvan.

"Istriku, mau pesen apa?" tanya Kelvan dengan nada bercanda sambil bertopang dagu di hadapin Daia.

Pipi Daia seketika merona merah ketika mendengar Kelvan memanggilnya dengan sebutan "Istriku".

Ia segera memukul pelan dada Kelvan, membuat lelaki itu meringis sebentar, kemudian tertawa kencang.

"Jangan ngadi-ngadi deh lo Van!" ucap Daia kesal. Ya ia sedikit kesal karena pada akhirnya Kelvan melihat wajahnya yang memerah.

"Bercanda Dai! Mukanya nggak usah merah gitu ah!" ledek Kelvan yang lagi-lagi membuat Daia malu.

Kelvan yang sedang tertawa langsung merubah ekspresinya begitu Arlan dan Erlan menghampiri meja yang ia duduki.

"Long time no see man!" sapa Arlan seraya duduk di hadapan Kelvan, begitu juga dengan Erlan.

"Ke mana aja kalian berdua?" tanya Kelvan.

"Biasa, mahasiswa semester akhir ya gini!" balas Arlan.

"By the way kalian udah nggak tinggal di rumah lama ya?" tanya Erlan tiba-tiba.

Kelvan langsung mengangguk. "Iya, sekarang gue sama Daia tinggal di apartemen ayah," jawab Kelvan, sedangkan Daia hanya mengangguk setuju.

Erlan yang mendengar jawaban itu hanya bisa tertegun seraya menatap Daia dengan tatapan tak rela.

"Setelah ngedenger hal ini, lo bakal nyerah kan Lan?" tanya Kelvan dalam hati sambil menatap Erlan.

•°•

Daia duduk di sisi lapangan seraya menatap ke arah lapangan dengan perasaan gundah. Di sebelahnya ada Erlan yang juga duduk sambil terus berpikir bagaimana caranya memulai pembicaraan ini.

Setelah dari kantin, Erlan mengajak Daia untuk mengobrol sebentar. Walau agak ragu, karena takut Kelvan akan marah lagi, Daia memutuskan untuk mendengarkan apa yang akan Erlan bicarakan.

My Manja HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang