Malam ini Daia dan Lisa tengah merapihkan meja makan dibantu oleh Indy yang mulai menyajikan menu makan malam di meja makan.
Sambil melakukan aktivitasnya, tak henti-hentinya Daia memikirkan kejadian tadi pagi, di mana Kelvan membisikkan kata-kata konyol di telinganya.
Sehingga seharian ini Daia berusaha untuk menghindar dan tidak berkontak langsung dengan Kelvan. Untung saja seharian ini Kelvan juga tidak merepotkan Daia, ia tak lagi berteriak memanggil nama Daia sekedar untuk menyuruh gadis itu melakukan sesuatu untuknya.
Panjang umur, orang yang sedang Daia pikirkan datang, kemudian duduk di kursi sebelah Daia. Daia segera mengalihkan pandangannya, jangan sampai Kelvan dan dirinya saling bertatap mata.
"Huft! Gimana nih? Pasti kita berdua bakal canggung banget! Ini semua gara-gara lo Van!" gerutu Daia dalam hati.
"Asik! Istri gue masakin makanan kesukaan gue nih!" celetuk Kelvan tiba-tiba dengan nada ceria seperti biasanya.
Daia segera menoleh ke arah lelaki itu. Dari raut wajahnya, tidak ada tanda-tanda canggung, seakan apa yang terjadi tadi pagi tidak pernah terjadi.
Entah mengapa, setelah tau bahwa Kelvan merasa biasa saja, Daia menjadi sedikit kesal. Jadi hanya dirinya yang merasa canggung? Cih! Kelvan benar-benar ya!
"Kelvan, kamu sudah mendingan, Nak?" tanya Indy seraya menempelkan punggung tangannya ke kening Kelvan.
"Udah dong Bun! Kan ada istri Kelvan yang udah rawat Kelvan!" jawab Kelvan sambil tersenyum manis, namun tidak di mata Daia.
"Syukurlah kalau begitu. Ayah kamu mana ya? Kok belum datang juga sih?" ucap Indy sambil melirik ke sana ke mari, mencari batang hidung suaminya yang belum muncul juga.
"A'a di sini, Sayang," ujar Nevan yang tiba-tiba datang.
"Aku kira A'a gibah lagi sama pak Firman di luar," ucap Indy seraya menyendokkan nasi ke piring Nevan.
"A'a nggak pernah gibah kok sama pak Firman, kita cuma ngobrol-ngobrol biasa aja."
"Iya deh aku percaya."
"Eh Kelvan sudah sembuh?" tanya Nevan begitu maniknya menangkap Kelvan yang tengah lahap menyantap makan malamnya.
"Iya Yah!" jawab Kelvan yang tetap fokus menyantap makanannya.
"Kenapa cepat sekali?" tanya Nevan yang langsung membuat Indy melotot.
"A'a! A'a doain anaknya supaya sakit terus?! Ayah macam apa A'a ini?" tanya Indy tak percaya.
"Bukan gitu maksud A'a," bela Nevan.
Kelvan yang melihat perdebatan orang tuanya hanya bisa menghela nafas panjang, kemudian melanjutkan acara makan malamnya dengan tenang.
•°•
Malam ini Daia hanya diam di dapur bersama Lisa sambil mengobrol bersama. Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, namun Daia belum juga berniat untuk masuk ke dalam kamar.
"Sana atuh ke kamar, Kelvan nungguin tuh!" ujar Lisa sambil mengunyah kuaci yang menjadi camilannya bersama Daia.
"Nanti aja deh Teh, Daia masih belum ngantuk," balas Daia yang jelas berbohong.
Sebenarnya alasan mengapa ia belum juga masuk ke dalam kamar adalah Kelvan. Daia masih merasa canggung dan tak nyaman jika hanya berdua saja bersama Kelvan dalam satu ruangan.
Daia bertanya-tanya dalam hati, mengapa ia jadi seperti ini? Apakah ia mulai menganggap Kelvan sebagai seorang pria? Tidak mungkin! Kelvan tetaplah Kelvan di mata Daia! Lelaki manja yang sukanya memerintah dan merengek.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Manja Husband
RomanceSequel My Cute Little Wife Ketika celetukan lelaki manja bernama Kelvan membuat ia dan babunya berakhir di pelaminan. "Ekhem, jadi bagaimana Kelvan tentang tawaran Kakek waktu itu? Kamu mau ikut ke Jerman sama Kakek? Mengurus perusahaan Kakek yang a...