PART 24- Apartemen?

5.4K 586 123
                                    

Daia segera mendorong tubuh Kelvan agar segera menjauh dari tubuhnya. Ia juga ikut bangkit berdiri, kemudian menghela nafas panjang begitu sadar bahwa tubuhnya kini sudah basah kuyup.

Ia menatap Kelvan yang juga sedang menatapnya. Sedetik kemudian mereka langsung mengalihkan pandangan masing-masing dengan sangat-sangat canggung.

"Oh shit! Situasi macam apa ini?" batin Kelvan seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Duh, kok canggung banget sih? Gue harus ngapain nih?" tanya Daia dalam hati sambil terus meremas ujung pakaiannya.

"Gue--"

"Gue--"

Kelvan dan Daia kompak tak melanjutkan ucapan mereka yang hampir bersamaan itu.

"Lo ganti baju aja di kamar ini. Gue bakal mandi di kamar mandi tamu," ucap Kelvan yang pada akhirnya seraya keluar dari kamar ini.

Daia hanya bisa mengangguk kaku dan membiarkan Kelvan pergi. Setelah pintu kamar tertutup, tiba-tiba saja ujung bibir Daia terangkat, membentuk sebuah senyuman.

Daia segera menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. "Gila! Gila! Aaaaaa malu banget!"

Sedangkan di tempat lain, Kelvan sedang melompat-lompat kegirangan di bawah kucuran air shower. Tak henti-hentinya lelaki itu tersenyum membayangkan kejadian beberapa saat yang lalu.

"Kalau ayah nggak ngeganggu, mungkin tadi gue sama Daia--" Kelvan tak melanjutkan ucapannya, ia malah tertawa kecil sambil memikirkan kemungkinan yang akan terjadi tadi.

•°•

Seperti apa yang sudah Nevan katakan, kini mereka sudah berada di sebuah restoran yang cukup mewah untuk makan malam bersama.

"Wah! Enak banget Bun makanannya!" ucap Lisa yang terus makan dengan lahap.

"Iya enak banget Bun!" sambung Daia sambil terkekeh kecil.

"Iya lah! Ini kan restoran Bapak Nevan Ananda dan Ibu Indy Ananda, pasti makanannya enak-enak dong!" ujar Kelvan dengan bangga.

Indy hanya tersenyum senang melihat keharmonisan keluarga ini. Ia sungguh bersyukur karena keluarganya selalu seharmonis ini.

Nevan mengacak-acak rambut putranya itu sambil tersenyum kecil. "Bisa aja kamu Kelvan! Gimana tadi, lancar?" tanya Nevan sambil menaik-turunkan alisnya.

Kelvan yang sedang melahap makanannya sontak langsung tersedak. "Ohok! Ohok!"

"Lancar apanya A?" tanya Indy sambil mengernyitkan dahinya bingung.

Nevan menjawab pertanyaan Indy dengan tatapan jahil ke arah Daia. Daia yang mengerti dengan tatapan itu langsung menunduk malu. Pasti Nevan sedang membicarakan kejadian tadi sore.

"Ini Indy, tadi Kelvan--"

"Kelvan tadi abis ngelonin Michel Bun! Michel manja banget, maunya dikelonin kalo tidur!" potong Kelvan dengan cepat. Ia harus menjawab asal, supaya Nevan mau bungkam.

"Beneran A?" tanya Indy meminta konfirmasi kepada Nevan.

"Iya Sayang! Sepertinya Michel tipe kucing yang manja seperti majikannya!" jawab Nevan sambil tertawa.

Kelvan mengucapkan syukur dalam hati melihat Nevan yang akhirnya mau mengikuti permainannya. Untung saja Nevan pengertian dan tak membeberkan masalah tadi sore kepada keluarga Indy.

Tak lama, mereka semua langsung kembali pulang ke rumah. Ketika di ruang tamu, Nevan menahan Kelvan agar tak langsung naik ke lantai atas, sepertinya pria itu ingin berbicara kepada putra tunggalnya.

My Manja HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang