Beberapa hari sebelumnya...
"Hhgrokkk..."
Kelvan berdecak sambil menatap jijik ke arah gadis yang tengah tertidur pulas di atas ranjang dengan posisi yang sangat bar-bar.
Ia tidur di ujung ranjang dengan kepala yang hampir jatuh mengenai lantai. Bahkan kakinya berada di atas pinggiran ranjang dengan bantal, guling dan selimut yang sudah melakukan social distancing di bawah lantai.
"Hhgrokkkk..." Suara itu semakin kencang. Dengan gemas Kelvan membekap mulut Daia dengan tangannya.
"Heh Daia! Bangun!" ujar Kelvan sambil mengguncang-guncang tubuh Daia.
"Jaehyun..." Bukannya bangun, Daia malah meracau sambil menyebut nama salah satu idol grup Korea yang ia suka.
Karena kesal, Kelvan menyentil kening Daia sehingga gadis itu terbangun sambil meringis seraya memegangi keningnya.
"Aw! Ngapain lo di sini? Pake acara nyentil jidat gue lagi lo!" ujar Daia kesal sambil melotot ke arah Kelvan.
"Ambilin gue minum!" ucap Kelvan sambil memohon.
Daia berdecak, kemudian menatap ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul dua dini hari.
"Lo bangunin gue jam segini cuma buat nyuruh gue ngambilin minum?" tanya Daia tak habis pikir.
Kelvan mengangguk.
"Itu tangan gunanya buat apa Somat? Kenapa gak ngambil sendiri sih lo!" kesal Daia.
"Udah cepet ambilin! Gue haus banget Dai!" ujar Kelvan sambil naik ke atas ranjang Daia.
"Gila! Kamar perawan berantakan banget dah! Mana bau apek kek tempat dugem tikus!" cibir Kelvan.
Daia hanya berdecak sambil bangkit berdiri. Ini sudah menjadi kebiasaan lelaki manja itu, yaitu mengganggunya bahkan di jam segini.
Daia keluar dari kamarnya yang berada di lantai dua, tepatnya di sebelah kamar Kelvan. Sudah hampir empat tahun ia tinggal di rumah ini.
Dia Daiana Jihan Anastasya. Gadis manis berusia 22 tahun yang kini hidup sebatang kara. Ayahnya sudah meninggal sejak ia baru berusia tujuh tahun. Sedangkan ibunya, beliau meninggal dunia empat tahun yang lalu akibat penyakit jantung yang dideritanya.
Sejak kecil, Daia memang sering kali dibawa ke sini oleh ibunya, Lilis. Bahkan ia sudah sering bermain dengan Kelvan, putra dari majikannya kini. Ketika ia beranjak remaja, ia juga mulai ikut bekerja di rumah ini, membantu pekerjaan ibunya.
Hingga kini Daia meneruskan pekerjaan ibunya sebagai asisten rumah tangga di keluarga Ananda ini. Sejak ibunya meninggal, Indy menyuruh Daia untuk tinggal di rumah ini. Ia tak tega membiarkan gadis itu tinggal sendiri di kontrakan kecil.
Bahkan Nevan juga membiayai Daia kuliah. Melihat jasa-jasa ibu Daia yang setia bekerja di rumah ini selama belasan tahun membuat Nevan dan Indy ingin membalas budi melalui Daia.
Setelah sampai di dapur, ia mengambil gelas dan menuangkan air putih ke dalam gelas, kemudian lanjut berjalan naik ke lantai dua.
Ia membuka pintu kamarnya dan terkejut begitu melihat Kelvan yang sedang menyemprotkan sesuatu di kamarnya.
"Kelvan! Uhuk! Lo ngapain, Kampret?" tanya Daia sambil terbatuk-batuk.
"Kamar lo bau banget Dai. Karena gue baik, gue semprot wewangian deh! Wangi lavender nya kecium kan? Nah kalo gini kan kamar lu auto wangi kek kuburan baru!" ujar Kelvan dengan bangganya.
Pandangan Daia tertuju pada botol yang yang Kelvan genggam. Lebih tepatnya botol yang Kelvan pakai untuk menyemprot seluruh ruangan di kamar Daia.
"Van," ucap Daia sambil menghela nafas panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Manja Husband
RomanceSequel My Cute Little Wife Ketika celetukan lelaki manja bernama Kelvan membuat ia dan babunya berakhir di pelaminan. "Ekhem, jadi bagaimana Kelvan tentang tawaran Kakek waktu itu? Kamu mau ikut ke Jerman sama Kakek? Mengurus perusahaan Kakek yang a...