Daia dan Erlan terus tertawa sepanjang perjalanan pulang. Akhirnya mereka bisa bernafas lega setelah sadar bahwa Kelvan tak mengikuti motor mereka.
"Untung dia nggak ngikutin kita Lan! Lo liat mukanya tadi nggak? Kesel banget keknya! Siapa suruh ngeselin!" teriak Daia dari jok belakang.
"Kalian berantem lagi? Ada apa sih Dai? Masalah yang di kantin tadi?" tanya Erlan tak kalah berteriak.
Mereka saling berteriak ketika mengobrol. Bisingnya lalu lintas membuat mereka berkomunikasi dengan saling berteriak untuk menghindari mis komunikasi.
"Bukan cuma itu Lan! Gue sih udah biasa diejekin satu kampus karena ulah Kelvan! Tapi yang bikin gue kesel tuh tadi ceweknya tuan muda ngelabrak gue di depan satu kampus!"
"Terus tiba-tiba Kelvan dateng dan neriakin nama gue. Gue kira dia mau belain gue, eh ternyata dia malah bawa kabur cewek itu! Ish kesel banget gue! Padahal dia sendiri tau kalo gue dilabrak si cewek itu juga gara-gara dia!" sambung Daia dengan nada kesal.
"Cewek itu? Aurel maksud lo?" tanya Erlan.
"Iya pokoknya cewek itu!" ucap Daia.
"Dia bukan ceweknya Kelvan kok," ucap Erlan tiba-tiba yang langsung membuat Daia melongo.
Kelvan memang pernah bilang bahwa ia dan Aurel memang tidak memiliki hubungan apapun. Namun Daia tak pernah mempercayai lelaki itu. Tapi beda lagi jika Erlan yang bilang, semuanya yang Erlan katakan pasti benar.
"Oh gitu," ucap Daia sambil mengangguk-angguk.
"Kelvan mah nggak suka sama cewek modelan Aurel, Dai."
"Dan kayaknya lo salah paham deh Dai. Tadi gue sama Arlan nggak sengaja liat Kelvan ngobrol sama Aurel. Dia bukannya belain Aurel, malahan dia nyuruh Aurel supaya berhenti gangguin lo. Dan Kelvan juga nyuruh Aurel jauh-jauh dari dia," sambung Erlan.
Daia tak menyangka dengan apa yang Erlan katakan. Ternyata Kelvan tidak seburuk yang ia kira. Baguslah, pengorbanan yang ia lakukan untuk pria itu menjadi tidak sia-sia.
Tiba-tiba saja Erlan mempercepat laju kendaraannya membuat Daia refleks melingkarkan tangannya di perut Erlan.
"Lan, tumben ngebut? Lo kesurupan ya? Kalau gitu nanti di perempatan belok kanan aja! Gue kenal sama dukun ternama di sana!" oceh Daia di belakang sana.
Erlan sama sekali tak menghiraukan ocehan Daia. Lelaki itu melirik ke arah perutnya yang dilingkari oleh tangan Daia. Tiba-tiba saja ujung bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman kecil di balik helm yang membungkus wajahnya.
•°•
"Van, jangan ngambek dong!" bujuk Daia sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar Kelvan.
Sejak pulang dari kampus, Kelvan sama sekali tak menyapanya. Bahkan ia tak mau membalas ucapan Daia, seperti yang sedang ia lakukan saat ini.
"Kelvan! Lo serius ngambek? Harusnya kan gue yang ngambek! Gimana sih lo?!" kesal Daia.
"Bodoamat!" Daia bisa mendengar ucapan Kelvan barusan. Walau Kelvan hanya bergumam, telinga Daia bisa menangkap ucapan itu.
"Mumpung bunda sama ayah lagi nggak di rumah, gue dobrak nih pintunya!" ancam Daia.
"Jangan begaya lo!" Kini Kelvan mulai membalas perkataan Daia.
"Asal lo tau, Van! Walau badan kecil begini, otot gue kuat buat ngedobrak nih pintu!" ucap Daia.
Tak ada balasan dari Kelvan. Lelaki itu kembali diam, membuat Daia semakin kesal saja.
"Kelvan!" panggil Daia.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Manja Husband
RomanceSequel My Cute Little Wife Ketika celetukan lelaki manja bernama Kelvan membuat ia dan babunya berakhir di pelaminan. "Ekhem, jadi bagaimana Kelvan tentang tawaran Kakek waktu itu? Kamu mau ikut ke Jerman sama Kakek? Mengurus perusahaan Kakek yang a...