Bab 40. 그는 나를 걱정합니까?

1.3K 187 25
                                    

....Kau bahkan tidak bertanya apa aku bahagia bersamamu..

💎💎💎

Setelah Namjoon pergi, aku pada akhirnya minum dan memakan setengah potong sandwich hanya agar dia tidak marah. Lalu duduk di sofa yang ada di dekat jendela setelah mendapatkan tongkatku di dekat lemari, kemudian aku melamun kembali sambil melihat keluar jendela. Aku memikirkan banyak hal, terlalu banyak, terlalu menyesakkan sampai aku tidak mau peduli lagi. Aku sudah menyerah dengan kehidupanku, mungkin bersama Namjoon aku bisa hidup baik-baik saja. Semoga saja apa yang dikatakan Namjoon benar, bahwa dia akan berubah dan tidak akan menyakitiku.

Beberapa jam kemudian ada seorang wanita tua yang tadi membawakanku makanan. Wanita itu membawa senampan makanan lagi, kali ini makanan sungguhan. Dada ayam rebus, wortel, brokoli dan kacang buncis rebus, serta kentang tumbuk, seteko air putih dan gelas kosong. Dia menyimpannya di meja kecil di samping sofa. Dia berbicara dalam bahasa inggris yang tidak aku pahami sepenuhnya. Ketika tidak ada jawaban dariku, wanita itu menggeleng dan pergi sambil membawa nampan bekas sarapan.

Aku mendesah, agaknya malu juga ketika ketahuan kalau aku tidak pandai berbahasa asing. Kalau memang benar Namjoon membawaku kesini agar kami bisa memulai hidup dari awal, seharusnya dia sudah punya rencana untuk masa depan kami selama disini. Tapi dia tidak muncul kembali untuk menceritakannya, bahkan sampai esok harinya.

***

Ketika pagi menjelang kembali, aku telah mandi, memakai celana katun dan sweater berwarna merah muda pucat. Aku sudah makan makanan baru yang dibawakan pelayan. Secangkir air, piring berisi kentang tumbuk, brokoli, kacang buncis, wortel rebus lagi, serta kali ini dada ayam panggang. Rasanya tetap hambar, tapi aku yakin ini cukup untuk memberiku nutrisi. Aku bahkan meminta pelayan itu membuatkanku cokelat panas dengan kemampuan bahasa inggrisku yang terbatas dan canggung.

Aku keluar dari kamar, berjalan ke lantai bawah dengan bantuan kruk tongkatku dan pelayan. Aku duduk manis di ruang tengah yang terbuka dan menyatu dengan pintu kaca halaman belakang. Di sana ada
Namjoon, dia sedang memegang gulungan kertas bergambar sketsa. Kami tidak saling bicara lagi sejak kemarin. Namjoon seperti memberikan waktu padaku untuk menyendiri dan berpikir. Aku hanya memperhatikannya dari kejauhan dan tidak berusaha mendekatinya untuk sekedar menyapa. Aku perlu waktu.

Namjoon terlihat berbicara dengan beberapa orang pria berpakaian kontruksi. Sepertinya dia akan membangun sesuatu di halaman belakang. Aku belum memeriksa setiap sudut ruangan di rumah ini. Terlalu segan karena ada cukup banyak orang asing yang lalu lalang keluar masuk rumah. Tiap-tiap aku lewat, mereka hanya akan melirik sekilas, lalu acuh dan tidak menghiraukanku. Tidak ada sapaan atau senyuman, ini membuatku lebih segan dan takut. Inginnya aku berdiam diri di kamar seharian. Tapi, nampaknya aku terlalu bosan hingga berjalan-jalan dengan tongkat penyanga.

Tiba-tiba Namjoon menoleh dan mata kami bertemu pandang. Segera Namjoon menyudahi percakapannya dengan tukang kontruksi, lalu dia berjalan menghampiriku. Setelah seharian kami saling mengabaikan, "Sudah makan?" Namjoon akhirnya bicara padaku.

"Sudah."

Namjoon duduk di sebelahku di sofa. "Aku harusnya membawa Bibi Yon ke sini. Dia tidak akan membiarkanmu sendirian.."

"Apa kau juga yang memperkerjakan Bibi Yon?" Tanyaku.

"Iya. Malam ketika Zitao menjemputmu adalah malam terakhir dia bekerja. Dia orang yang tidak suka ikut campur masalah pribadi. Tipe pekerja yang sulit dicari."

Entah kenapa aku kesal mendengarnya bicara begitu. "Tentu dia tidak mau berurusan denganmu."

Namjoon mengerutkan keningnya, dia melirik padaku dengan muka tersingung. "Apa kau masih marah padaku?"

✔ Mr. Kim || Kim Namjoon (RM) Fanfic AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang