🌼 Sequel Bab 17 || 他仍然爱我 ( Tā réngrán ài wô) - He still love me

486 83 5
                                    

🌼🌼🌼

Sequel of Mr. Kim

🌼🌼🌼

Bab 17

.

.

.

Jimin mengantarkanku menggunakan mobil matic hitam. Aku tidak memperhatikan jenis mobil ini apa yang aku perhatikan hanya Jimin yang sedang nyetir mobil. Dia terlihat berbeda dan asing secara bersamaan. Jimin yang menyetir tidak kalah keren dari Namjoon. Apalagi dengan gayanya yang sekarang.

"Kau bisa menyetir." Ucapku begitu takjub sebab dulu Jimin tidak mahir apapun selain apapun di sekolah.

Jimin melirik wajahku lewat cermin yang mengantung di atas dasbor. Tatapannya membuat jantungku ciut.
"Kau bisa menyetir?"

Tidak aku sangka Jimin akan bertanya padaku. "Bisa. Lumayan..," dia hanya mengangguk. "Sebenarnya aku baru belajar menyetir sebelum ke sini." Aku mencoba untuk banyak berbicara, memulai obrolan dengan Jimin yang asing.
"Aku lulus dengan baik, aku dapat sim tapi belum berani menyetir di negara orang."

"Kau tidak percaya diri?"

"Iya. Sedikit menyeramkan." Aku senang Jimin mulai bersikap santai.

"Di mana kau belajar? Jepang?" Jimin membelokkan setir ketika berbelok ke kanan.

"Seoul. Di kursus mengemudi." Kataku.
Lagi-lagi Jimin tidak merespon lagi.
Tiba-tiba aku teringat mengenai ucapannya ketika di club.
"Jadi, kenapa kau mengatakan pada pria tadi kalau aku kekasihmu?"

"Kalau tidak begitu, dia tidak akan melepaskanmu." Katanya.

Masuk akal. "Kalau terdengar pacarmu. Nanti dia akan melabrakku lagi." Keluhku. "Ah, ya, dia datang ke apartemenku tadi siang. Dia mencarimu, katanya kau tidak pulang, kau tidak ada di apartemen, dan tidak bisa dihubungi."

"Siapa?" Tanyanya.

Aku mengerutkan keningku, Jimin mendengarkanku tidak sih?
"Pacarmu. Jingyi. Dia mengira aku menyembunyikanmu, dia mengira kau menginap di apartemenku." Kataku.
"Dia sampai mau mengeledah isi apartemenku. Untung saja tidak jadi karena ada Haolin."

"Aku memang tidur di apartemenmu."

"Hah?" Aku menatap wajah serius Jimin. "Jangan bercanda. Kau pulang."

Di depan ada lampu merah, Jimin menghentikan mobil, dia menoleh padaku dengan kening berkerut, "Aku memang pulang. Kau itu peminum yang buruk, jangan pernah minum lagi." Jimin terlihat sedikit kesal. "Mabukmu merepotkan orang lain."

Aku merasa ada yang tidak beres. Kalau terjadi sesuatu yang lebih dari sekedar ciuman, aku bisa mampus.
Jimin sudah punya pacar, aku juga sudah punya Namjoon. Harusnya aku sadar dan tidak menjadi perempuan brengsek. Tapi, aku tidak bisa menahan godaan. Jimin yang dulu sulit diraih karena jarak kami, kini dia ada di depan mataku. Membalas ciumanku walau dia tahu aku mabuk.

"Maaf dan jangan bercanda seperti itu. Kau membuatku takut." Aku memalingkan muka ke jendela pintu mobil, menatap langit malam tanpa bintang. Sementara Jimin menjalankan kembali mobil saat lampu berubah hijau.

Aku sempat melihat bayangan wajah Jimin di jendela mobil. Rahangnya mengeras dan Jimin terlihat lebih kesal. Apa dia marah padaku karena aku menciumnya?

"Jimin, soal menciummu sebenarnya aku.. em.., kau tahu sendiri aku sedang mabuk. Kumohon jangan marah dan membenciku. Aku tidak sanggup kau benci. Rasanya, hatiku sakit." Aku memainkan telunjukku di jendela, lalu menoleh pada Jimin. "Aku ingat kau membalas ciumanku. Harusnya kau hentikan aku."

✔ Mr. Kim || Kim Namjoon (RM) Fanfic AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang