🌼🌼🌼
Sequel of Mr. Kim
🌼🌼🌼
Bab 21.
Author's point of view.
.
.
.
Jaelin dan Namjoon mengantar abu Jimin ke pemakaman terakhir tentunya bersama keluarga Jimin. Ibu Jimin menyimpan abu Jimin di dalam batu nisan besar berwarna hitam elegan. Sementara keluarga Jimin berdoa dan berlama-lama, Namjoon dan Jaelin pergi undur diri. Keduanya menaiki mobil hitam yang disopiri oleh Jackson, mereka pulang ke apartemen Namjoon yang ada di Seoul.
Sepanjang perjalanan Jaelin terlelap di samping Namjoon. Kepalanya menyandar di bahu Namjoon. Pingganya di peluk Namjoon, dan tangan Jaelin menutupi perutnya, berusaha menyembunyikan anak Jimin. Namjoon hanya melirik sekilas perut Jaelin sebelum kembali menatap jalanan tanpa ekspresi. Ada banyak hal yang ada di dalam pikirannya.
Namjoon bisa saja membuat Jaelin tidak sadarkan diri dan membawanya ke rumah sakit untuk mengugurkan kandungannya, namun ada sedikit keenganan dalam diri Namjoon yang mengatakan untuk tidak menyakiti Jaelin apapun yang ada di dalam perutnya. Bayi itu tidak penting, yang penting adalah Jaelin.
Namjoon bisa membuat berbagai macam skenario untuk menghilangkan janin dalam perut Jaelin tanpa disadari Jaelin. Maka, Namjoon telah memutuskan apa yang akan dia lakukan selanjutnya.***
Jaelin bangun lebih pagi, dia sedang membuat sarapan untuk Namjoon dan dirinya. Jaelin agak heran karena Namjoon tidak tidur dengannya, lelaki itu memberikan ruang untuk Jaelin sendiri di dalam kamar lain di apartemen Namjoon. Jaelin pikir Namjoon memberikan waktu pada Jaelin untuk bersedih atas kepergian Jimin.
"Aku membuatkanmu kimbab." Kata Jaelin begitu Namjoon berjalan mendekat padanya.
"Terimakasih." Tapi Namjoon malah membuat kopi untuk dirinya sendiri.
Jaelin tidak tahu kalau Namjoon butuh kopi di pagi hari. Saat itu Namjoon tidak bersikap hangat dan Jaelin merasa ada yang salah ketika mereka sarapan bersama tanpa bicara apa-apa lagi.
"Hari ini aku akan pulang agak malam untuk menyelesaikan pekerjaanku. Tidurlah lebih awal." Kata Namjoon begitu dia selesai sarapan.
Jaelin hanya mengangguk, bau aroma kopi membuatnya mual.
Namjoon memakai jasnya sendiri, Jaelin menghampiri hendak membantu tapi Namjoon sudah melangkah menjauh. "Aku pergi.." kata Namjoon tanpa menoleh lagi pada Jaelin.
"Hati-hati.." Jaelin melihat punggung lebar Namjoon dengan sendu. Ada yang salah dengan sikap Namjoon padanya. Kening Jaelin berkerut, perutnya bergejolak, rasa mual kembali bangkit dan dia berlari ke kamar mandi untuk mengeluarkan kembali sarapannya.
Jaelin tidak suka aroma kopi, dia tidak suka bau parfum yang Namjoon pakai, dan Jaelin tidak suka sikap dingin Namjoon. Jaelin rasa dia tidak akan nyaman berada di apartemen Namjoon, dia berencana akan kembali ke Hongkong dalam waktu dekat, dalam dua atau tiga hari lagi. Maka Jaelin tidak membereskan pakaian di kopernya, dia juga secepatnya harus memesan tiket pesawat secara oneline. Namjoon tidak boleh tahu kalau dia sedang hamil.
Jaelin membersihkan closet, berkumur dan menjauh dari kamar mandi. Dia berbaring sejenak di ranjangnya sambil merenungkan nasib janin di perutnya, Jaelin tidak mau membunuh bayi di perutnya karena itu bayi Jimin.
Tidak ada yang tahu kenyataan itu bahkan Jingyi sekalipun.
Bisakah Namjoon menerima keadaan dirinya kalau dia mengatakan hal yang sebenarnya?
Jaelin tidak yakin. Dia takut pada Namjoon. Mungkin ada cara lain untuk memberitahu Namjoon. Iya. Jaelin punya cara lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Mr. Kim || Kim Namjoon (RM) Fanfic AU
Fanfiction[Bahasa Indonesia] - TAMAT. Follow me for complete story. Summary: Ada seorang pria dewasa yang menyewa kamar tamu di rumahku. Ibuku yang mata duitan itu menyewakannya karena dia butuh uang. Mungkin kami butuh uang. Pria dewasa ini mengaku seorang m...