Aku tahu, aku harus melakukan apa.
💎💎💎
Setelah tengah malam, aku bangun dari ranjangku untuk pergi ke kamar depan. Aku tidak menemui Mr. Kim lagi setelah aku kabur untuk mandi dan modus segera tidur. Mr. Kim juga tidak menemuiku, aku pikir dia akan masuk ke kamarku dan menghukumku atau memarahiku. Ternyata dia tidak melakukan apapun walau tahu aku bolos sekolah dan hangout lama dengan temanku. Aku tidak yakin Mr. Kim tahu kalau aku pergi dengan Hoseok dan temannya yang aku lupa lagi namanya.Pintu kamar Mr. Kim tidak tertutup rapat, aku bisa melihat siluetnya. Dia tertidur begitu pulas, mungkin dia memang benar-benar kelelahan setelah pulang bekerja dari Seoul. Aku merasa tidak enak sudah menambah runyam hari lelahnya Mr. Kim. Dengan perlahan aku masuk ke dalam kamarnya yang gelap. Aku naik ke ranjangnya, masuk ke dalam selimut dan tidur memeluknya.
"Jaelin? Kenapa? Tidak bisa tidur?" Mr. Kim terbangun, aku jadi lebih merasa bersalah.
Aku mengangguk saja dan lebih mengeratkan pelukanku sambil menyurukkan kepalaku ke dadanya.
"Baiklah, kau boleh tidur di sini." Dia mengusap kepalaku dengan telapak tangan kanannya, tangan kirinya memeluk pinggangku. Aku menyandarkan kepalaku di dadanya sambil memejamkan mata. "Tapi, bisakah kau tidak menindihku? Badanku benar-benar lelah."
Aku mundur dan memberi jarak dengannya. Kepalaku di bantal, tidur menyamping menghadap Mr. Kim yang tidurnya jadi ikut menyamping menghadap padaku. Dia meraihku untuk mendekat. Aku di dekapnya tanpa banyak kata. Dia jatuh tertidur dengan cepat lagi. Napasnya berat dan bersuara. Dadanya naik turun. Aku yang memeluknya jadi agak menyesal telah tidur di sini dengannya karena Mr. Kim terlalu berisik. Kalau kelelahan tidurnya bisa seberisik ini. Aku mungkin benar-benar tidak akan bisa tidur malam ini.
***
Aku bangun di tempat tidurku, semalam setelah satu jam berdiam diri berbaring di samping Mr. Kim yang tidurnya mengorok aku pindah diam-diam. Dia tidak tahu karena tidurnya lelap sekali. Aku bangun terlalu pagi, melirik ke arah kamar Mr. Kim yang masih sunyi senyap, dia mungkin masih tidur. Aku cepat-cepat mandi dan berpakaian. Aku menemukan beberapa baju seragam baru, ada satu yang mengantung rapih dengan blazer tertempel papan namaku. Pasti Mina membelinya untukku, di suruh Mr. Kim mungkin, syukur saja karena mulai hari ini aku bisa ganti baju seragam tidak perlu menunggu cuci kering dulu.
Ketika aku sudah berseragam dan membawa tas di punggung, kamar Mr. Kim masih gelap, pelan-pelan aku masuk ke kamarnya. Dia masih tidur, aku agaknya tidak tega membangunkan. Jadi aku buka pintu kamarnya lebar-lebar dan pergi ke lantai bawah.
Aku hanya membuat roti panggang untuk sarapan dan pergi ke sekolah tanpa pamit. Mina tidak menjemputku jadi aku pergi menaiki bus. Orang-orang di bus begitu banyak sesak dan penuh. Aku jadi berdiri diantara orang-orang. Pada saat seperti ini aku ingat Jimin. Dulu ketika pulang sekolah kami biasa duduk di bangku paling belakang, berdempetan, saling berbicara dan mengobrolkan hal-hal ringan sambil bisik-bisik.
Setelah tahu kalau Jimin tidak akan kembali dari Thailand, aku jadi khawatir. Apalagi setelah tahu kalau keluarga Jimin sedang kesusahan, aku bisa merasakan betapa kerasnya hidup seperti itu. Jika aku dari dulu memang hidup serba kekurangan bahkan ibuku selalu memberiku kimbab untuk makan, aku mungkin biasa-biasa saja dan sudah terbiasa dengan hal itu. Tapi Jimin dan keluarganya orang yang terpandang, kaya dan mungkin termasuk sosialita. Mereka harus membiasakan diri dengan kehidupan barunya di Thailand yang entah seperti apa. Aku jadi rindu ibu Jimin, beliau baik sekali walau tahu aku bukan anak orang kaya atau anak yang pandai. Aku rindu adiknya Jimin yang suka usil kalau-kalau aku main ke rumahnya. Walau tidak begitu kenal ayahnya Jimin, aku yakin beliau pun orang baik. Semua keluarga Park Jimin memang baik, jarang sekali ada orang kaya baik seperti mereka, ini seperti tidaklah adil bagi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Mr. Kim || Kim Namjoon (RM) Fanfic AU
Fanfiction[Bahasa Indonesia] - TAMAT. Follow me for complete story. Summary: Ada seorang pria dewasa yang menyewa kamar tamu di rumahku. Ibuku yang mata duitan itu menyewakannya karena dia butuh uang. Mungkin kami butuh uang. Pria dewasa ini mengaku seorang m...