🌼 Sequel Bab 15 || 忏悔 (Chánhuí) - Confession

522 95 7
                                    

🌼🌼🌼

Sequel of Mr. Kim

🌼🌼🌼
.

Bab 15

.

.

.

Awalnya Jimin tidak membalas pukulan Yibo.

"Aku tidak mengerti kenapa kau menghinanya padahal dia adalah orang yang begitu penting untukmu. Sepertinya, itu masa lalumu? Kau tidak mau menerimanya kembali setelah dia dengan ajaibnya hidup dan berjalan seperti sekarang? Sadarlah Park Jimin."

"Jangan ikut campur." Geram Jimin.

"Awalnya aku tidak mau ikut campur, tapi sekarang aku akan ikut campur. Kau pria brengsek yang egois, kau bahkan merebut 'nya' dariku." Yibo mengerakan kepalanya pada Jingyi yang tidak memperhatikan pembicaraan keduanya, Jingyi sibuk menelphone mencari bantuan. Sepertinya ada hubungan khusus antara Jingyi dan Yibo dulu sebelum Jimin muncul di kehidupan mereka. "dan kau mempermainkan perempuan itu. Jadi, aku juga mungkin bisa sedikit bermain-main dengan Jaelin?"

Rahang Jimin mengeras dan dia memukul rahang Yibo berkali-kali. "Brengsek, jangan menyentuhnya." Aku pikir Jimin tidak peduli lagi padaku.

Yibo tertawa dan dia tersungkur begitu Jimin memukulnya dengan keras. Aku berusaha untuk menghentikan mereka, sementara Jingyi pergi menjauh setelah tahu orang-orang mengelilingi kami dan merekam dengan kamera handphone.

"Park Jimin! Hentikan! Tolong berhenti kalian berdua!!" secara tidak sadar aku berteriak begitu kencang dalam bahasa Korea. Jimin berhenti memukuli Yibo begitu mendengarnya, dia melirikku dengan tatapan tajam.
Aku mendekati keduanya, "Tolong jangan memukulinya lagi, dia bisa mati." Kataku pada Jimin. "Walau dia pantas dipukuli karena telah menciumku sembarangan."

"Hei, apa yang kau bicarakan?" tanya Yibo, dia memang pantas dipukul setelah menciumku sembarangan, apalagi di depan Jimin.

Jimin beranjak dari atas tubuh Yibo, dia dan aku masih bertatapan. "Jadi, kau pacaran dengannya?" tanya Jimin, kami masih berbicara dalam bahasa Korea.

"Tidak. Aku bahkan baru bertemu dengannya dua kali." Kataku. Aku melirik orang-orang yang masih merekam.
"Kenapa kalian merekam? Pergilah, sesuatu seperti ini tidak pantas direkam dan ditonton. Kalian orang dewasa dan bukan orang dungu yang merekam dan mencampuri urusan orang lain!" teriakku, tentu dalam bahasa yang mereka mengerti. Kumpulan orang-orang itu pergi dengan gerutuan, ada juga yang membalas ucapanku dengan kata-kata kotor dan aku tidak memperdulikannya. Namun Yibo membalas perkataan orang tadi dengan tak kalah kasar.

Jimin hendak pergi namun aku menghentikannya. "Aku perlu bicara denganmu. Sungguh aku tidak pacaran dengan Yibo dan aku kembali ke sini tidak sepenuhnya untuk kembali padamu."

Alis Jimin berkedut, dia sempat ragu sebelum berkata, "Tidak ada yang perlu kita bicarakan." Katanya.

"Ada Jimin, banyak. Aku perlu bicara padamu, kumohon, kau tahu situasiku saat itu dan bahkan kau tidak datang menjenguk tapi aku mengerti keadaanmu. Aku memaklumimu." Kataku.

Kali ini Jimin seperti luluh pada kata-kataku. Dia hendak berbicara kembali namun Yibo mendekat dan berbicara padaku.

"Kita harus pulang," katanya sambil memegangi bahuku. Aku memutar mataku, cengkraman tangaku di tangan Jimin tidak aku lepaskan barang sedetik.
"Tidak perlu berpura-pura mengaku kalau aku adalah pacarmu. Aku tidak tahu apa rencanamu tapi aku tidak membutuhkannya, aku tidak memerlukan bantuanmu kalau caramu salah. Aku hanya perlu bicara dengan Jimin, Terimakasih sebelumnya Yibo dan maaf kau harus menerima semua pukulan Jimin." Aku menarik tangan Jimin untuk pergi dari sana, entah kekuatan dari mana. "Yibo kau pulang saja, aku akan pulang dengan Jimin. Jangan lupa obati wajahmu!" teriakku pada Yibo dan Jimin melepaskan cengkramanku.

✔ Mr. Kim || Kim Namjoon (RM) Fanfic AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang