Apa akhirnya aku punya Ayah?
💎💎💎Mr. Kim tidak bicara padaku untuk lebih dari setengah jam setelah apa yang aku tanyakan padanya. Mr. Kim hanya meminum wine-nya dengan cepat dan hampir menghabiskan satu botol wine di meja. Aku khawatir kami tidak bisa pulang karena dia terlalu mabuk untuk menyetir. Namun, setelah dia habiskan tegukan terakhir wine-nya. Dia menoleh padaku yang bosan menungguinya selesai minum. Well, meja kami telah bersih, tidak ada makanan selain botol wine dan dua gelas yang satunya masih berisi wine.
Tunggu, kenapa gelasku berisi wine?
“Minumlah, itu yang terakhir. Setelah ini kita akan pergi ke kamar hotel, aku tidak sanggup membawamu pulang.” Dia terdengar mabuk, caranya bicara pun berbeda sekali.
Aku yang awalnya memang ingin wine pun meneguk sari anggur itu, rasanya luar biasa, manis pahit asam, semua rasa ada di mulutku. “Apa kita akan menginap disini, Daddy?”
Mr. Kim meringis, aku tidak tahu apa yang menyebabkan dia begitu, tapi aku masih menatapnya kala matanya berubah. Ada bara aneh ketika dia menatapku lamat-lamat.“Apa kau sedang mengodaku?” ditanya begini di dalam mobil sih tidak apa, kami sedang dalam mode bercanda, dia tidak terlihat menyeramkan. Tapi kali ini lain, dia terlihat marah, nadanya merendah dan menekan diakhir kata tanya, aku rasa aku salah bicara atau dia memang tidak suka aku panggil begitu? Aku hanya bertingkah seperti anak angkatnya, apalagi? Aku harus berterimakasih atas ini karena aku sungguh tak mau kalau harus tinggal di panti sosial atau panti-panti lainnya.
Aku memberanikan diri menjawabnya, “Tidak.”
Mr. Kim berdiri dari duduknya, dia melenggang pergi dan aku dengan canggung mengikutinya terburu-buru. “Kita akan kemana?” Mr. Kim menarik pergelangan tanganku dia menghempaskannya begitu kami di dalam lift yang mulai tertutup.
“Kenapa kau pikir bisa memanggilku begitu?” dia menekanku di dinding lift yang dingin.
“Apa aku harus memanggilmu a-ayah?” aku takut, marahnya Mr. Kim menyeramkan.
“Tidak.” Dia menarikku lagi keluar dari lift, berjalan di lorong koridor dan berhenti di kamar hotel nomor 313. Dia membukanya dan mendorongku masuk.
“Akh,” aku mengusap pergelangan tanganku yang sakit. Mr. Kim menutup pintu dan menatapku dengan sorotan tajam.
“Aku sudah tidak peduli lagi.” Bisiknya sebelum menghempasku ke atas ranjang dan menciumku dengan gebu yang membuatku sesak.
Aku susah payah mendorong dadanya, tidak menyangka apa yang dilakukan oleh Mr. Kim padaku. Kedua tanganku ditarik, “Kenapa kau menciumku begini?!” aku berteriak ketika dia mencengkram kedua tanganku dengan satu tangannya di atas kepalaku sedangkan tangan yang lain menekan pipiku.“Karena aku menyukainya, bukankah kau juga menyukainya?” alisnya terangkat, dia kembali meraup bibirku, atas dan bawah, lamat-lamat, menyesapnya seperti dia menyesap wine.
Sisa wine di mulutnya terasa olehku, napasnya panas, lidahnya panas, menerobos masuk ke dalam mulutku yang sengaja dia buka.
Aku bernapas dengan susah payah, air mataku berkumpul di ujung mata. Aku tidak terima ini, aku tidak suka dikasari. Jadi, daripada memberontak aku biarkan saja Mr. Kim melakukan apapun yang dia suka. Aku tidak akan melawannya, tidak bisa melawan karena buaiannya telah menghipnotisku. Ketika aku tidak memberontak lagi, dia tidak kasar lagi. Pegangannya di kedua tanganku dilepas dan dia menatapku sejenak, “Bagus, kau akan menurut padaku?” aku mengangguk, tidak tahu kenapa. Lalu dia mencumbuku lagi, tangannya mengelus pahaku, dan aroma maskulin dari parfumnya membuatku ingin terus memeluknya, ingin mendekatkan hidungku di kulitnya. Ingin terus disentuh. Tapi aku sadar, ini salah.Senyumnya miring, dan jantungku berpacu lebih cepat. Aku ingin menangis. “Ayolah, Jae. Ini akan menakjubkan. Kau selalu tanya apa aku menyukaimu. Aku jelas menyukaimu, aku menyanyangimu, mencintaimu Jaelin. Jadi, kenapa kau tidak mau? Kau tidak menyukaiku?”
Aku tidak tahu harus menjawab apa. Mr. Kim mungkin lupa kalau aku mencintai Jimin. “A-aku menyukaimu tapi, aku hanya cintai Jimin.” Aku menangis dan Mr. Kim menggeram marah.
“Belum, kau belum mencintaiku.” Dia mengecup keningku, “Akan ku buat kau mencintaiku.” Dan dia mencium bibirku. Aku pejamkan mataku, aku cengkram kedua bahunya dan aku mencoba mengikuti arusnya, mengikuti ciumannya. “Bagus, ikuti aku.” Bisiknya di depan bibirku. Aku mengikuti caranya mencium, “Tidak, jangan digigit.” Dia terkekeh di depan wajahku kala dengan tidak sengaja aku mengigit bibir bawahnya.
“Mr. Kim?” aku bertanya takut-takut, “Kenapa kau mencintaiku?”
Mr. Kim menciumi wajahku, “Kau cantik, little girl yang manis. Kau mengagumkan.” Dia kecup hidung, pipi dan daguku.
Aku menggeleng, “Tapi aku tidak bisa melakukan ini.”
Mr. Kim tidak mengindahkan perkataanku, dia membuka jaket dan kaosnya sembarang. Perutnya yang berbentuk terlihat di mataku, “Mr. Kim? Kau sudah mengadopsiku, kau Ayahku sekarang.”“Bukan berarti aku ayahmu.”
Yang aku takutkan semuanya terjadi begitu cepat..
*
*
*
*
*
*
“Sialan Namjoon. Kau memperkosaku.”
💎💎💎
Juni 2019.
Revisi - Oktober
Sorry, for that.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Mr. Kim || Kim Namjoon (RM) Fanfic AU
Fanfiction[Bahasa Indonesia] - TAMAT. Follow me for complete story. Summary: Ada seorang pria dewasa yang menyewa kamar tamu di rumahku. Ibuku yang mata duitan itu menyewakannya karena dia butuh uang. Mungkin kami butuh uang. Pria dewasa ini mengaku seorang m...