Bismillah ...
Assalamu'alaikum. Annyeong!
Jangan lupa untuk menyenangkan diri sendiri. Karena kamu juga layak untuk bahagia ><.
Happy reading~
🎬🎬🎬
Terdengar gelak tawa Bu Nasira. "Lucu banget sih kalian."
"Cieee!"
"Wuhuy!"
Sorakan-sorakan itu tidak mungkin berasal dari Celina and the geng. Melainkan berasal dari Qamar, Cakra—ketua kelas, Indira, Warda, Eritha—bendahara kelas serta beberapa murid yang lainnya.
Kalau saja diperbolehkan, rasanya Nadya ingin mengumpat sekarang juga. Ini yang Nadya takutkan, maju berdua dengan cowok berpotensi disalah artikan.
"Tulis di halaman terakhir bukunya, ya," Bu Nasira kembali duduk di kursinya dan menuliskan sesuatu di buku nilai. "Kalian masing-masing dapet poin 40."
Nadya sedikit terkejut, demikian pula dengan Naveed. Teman-teman yang lain hanya dapat 20 poin, bagaimana bisa mereka dapat 40?
"Empat puluh, Bu?" tanya Nadya ingin memastikannya, takut telinganya salah dengar lagi karena banyaknya kotoran.
"Iya, nilai plus karena kalian kerja sama dengan baik."
"Makasih banyak, Bu."
Naveed mencium punggung tangan Bu Nasira, kemudian lari ke mejanya dan mencatat poinnya sesuai arahan tadi.
"M-makasih banyak, Bu."
Ups, Nadya terlalu gugup. Bu Nasira membalas dengan anggukan dan senyuman. Nadya berjalan menuju mejanya sangat lambat, itu langkahnya sekarang.
Padahal terdengar jelas bisikan-bisikan setan yang memekakkan telinganya.
"Cavver!"
"Ewhh!"
"Sok iye!"
Tangan Nadya geram ingin mencakar wajah-wajah songong itu. Namun, apalah daya. Nadya hanya bisa mempercepat langkah dan langsung menenggelamkan wajahnya ke dalam kedua tangan yang ia lipat begitu tiba di meja.
****
Nadya menolak ajakan Indira dan Warda pergi ke kantin. Ia juga ditinggal oleh Ashafi yang lebih dulu ke kantin bersama Safiya. Si imut memilih untuk sendiri, memakan mie goreng yang dibawa dari rumah.
Brakkk!
Gebrakan di mejanya menganggu ketenangan Nadya yang tengah makan. Gadis itu mendongakkan kepala, melihat siapa pelaku yang kurang ajar dan tidak punya sopan santun. Raut merah yang tadinya ingin memaki, berubah menjadi pusat pasi. Hal itu disebabkan oleh tatapan horor dari makhluk-makhluk tidak beradab.
"Gak usah sok deh lo! Sok berani, padahal aslinya penakut. Baru dilihatin sama kita-kita aja mukanya langsung pucet. Cemen!" Celina mengacungkan jempol terbalik di depan muka Nadya.
"Caper banget lagi sama guru. Gak usah berlaga pinter, deh! Modal caper ke guru aja bangga." Tisha menambahi bubuk cabai di kalimatnya. Bisa dirasakan pedasnya ucapan dia barusan.
"Dan lo, gak usah geer dan kepedean kalo Napeed punya rasa sama lo. Karena Napeed cuman suka sama gue, Azalea, cewek tercantik di kelas ini. Walaupun gue gak ada rasa ke Napeed, tapi tetep aja. Cowok yang udah terpikat sama gue, gak boleh berpaling sedikitpun ke yang lain sebelum gue puas. Paham?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Sekadar Halu vSMP
Teen FictionBukan Sekadar Halu versi SMP Attention ❗ ➷ Mau plagiat cerita saya? SIAP-SIAP TEMUI SAYA DI PENGADILAN AKHIRAT! ➷ No judge! Kalo mau kasih masukan, yang baik ya. Sila ambil baiknya n buang buruknya. ➷ Siders? Gpp, smoga cerita ini bisa mengedukasi k...