Sixty Eight [BSHvSMP]

4 0 0
                                    

Bismillah ...

Assalamu'alaikum, annyeong!

Dijaga selalu semangatnya dan ditingkatkan selalu ibadahnya, yyaa.

Selamat membaca~

🎬🎬🎬

Keesokannya, Nadya memilih menginap di rumah Nenek Kareema di Bekasi. Itung-itung healing, siapa tahu hatinya membaik setelah bermain dengan Yusuf. Tiba di sana, Zakia dan Fiza mengajaknya ke mall.

"Teh Nadya mau ke mall? Dia pengin ke mall, gak jadi terus, ih. Ayo, atuh! Mumpung Ammah juga mau nginap," ajak Fiza.

"Yeayyy, Teh Nadya ikut!"

"Aku ikut dong, Mah."

Semua menoleh ke arah Hanif yang ada di ambang pintu. Setelah mengiyakannya, mereka bersiap-siap. Meninggalkan Nenek Kareema seorang diri. Padahal sudah diajak, tetapi Nenek tidak mau ikut.

Tempat pertama yang mereka kunjungi di mall adalah timezone, Nadya mengikuti salah satu wahana bersebelahan dengan Hanif. Nadya memegangi kursinya erat-erat, suara gedabag-gedubug menghantam telinga dan hati Nadya yang kagetan.

"AAAAAAAAAAAAA!!" Nadya menutup wajahnya seraya berteriak kala permainannya turun secara mendadak.

Tangan kirinya tidak sengaja mencengkeram lengan baju Hanif di sebelahnya. Hanif yang tersadar, menoleh ke Nadya yang masih enggan membuka wajahnya.

"Udah, Teh. Udah kelar kok permainannya."

Mata Nadya langsung melotot setelah sadar atas kelakuan tangannya. "E-ehh, maaf, gak sengaja."

"Ciee ciee, Teh Nadya, 'A Hanip! Kiw-kiw!" goda Yusuf yang entah diajari oleh siapa.

"Ssttt, udah. Cari makan, yuk!" Zakia berusaha menengahi agar Nadya tidak semakin salah tingkah.

Mereka berhenti di salah satu restoran dan menduduki meja yang kosong. Zakia dan Fiza memesan makanan, meninggalkan ketiga anak dalam satu meja. Nadya mengeluarkan ponselnya, berniat memotret Yusuf yang tampak menggemaskan. Namun, ponselnya direbut oleh pria kecil itu.

"Sini, aku potoin! Ini pencet yang mana?"

"Ihh, kamuu! Aku mau foto kamu." Nadya sudah berusaha merebutnya kembali, tetapi Yusuf tidak memberinya celah sama sekali.

"Gak, aku yang foto kamu."

"Ya udah, pencet yang tengah."

Nadya yang tidak pandai bergaya, hanya tersenyum pada kamera ponselnya dengan kedua tangan yang ia lipat di meja.

Cekrek.

"A Hanip, pindah situ dulu bental di samping Teh Nadya."

Hanif tidak menolak, ia bangun dari kursinya dan pindah tepat di samping Nadya. Tangannya ia rentangkan, tanpa menyentuh pundak Nadya.

"E-ehh?"

Cekrekk. Cekrekk. Cekrekk.

"Aww, so sweet!"

"DEKK! BELAPA KALI KAMU MOTONYA?!"

****

Sepulangnya dari mall, ada Fakhir yang baru pulang dari kantor tengah mengobrol dengan Nenek Kareema. Amangnya beralih ke Nadya, memberi beberapa pertanyaan pada si imut layaknya wartawan yang tengah mewawancarai tokoh.

"Teh Nadya gimana sekolahnya? Ikut ekskul apa aja di sekolah?"

"Ikut Osis sama lohis."

"Di Osis jadi apa? Sekertaris? Bendahara?"

Bukan Sekadar Halu vSMPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang