Bismillah ....
Assalamu'alaikum, annyeong!
Apapun yang lagi kamu alami sekarang, jangan lupa bersyukur dan perbanyak ibadah biar hatimu tenang.
Happy reading~
🎬🎬🎬
"Iya, Nad. Masuk sono!"
Si imut mengerjitkan kening. Lalu mengendikkan bahu, tidak percaya dengan omongan mereka. Sebab semalam ada info kalau anak sesi 1 tidak perlu menonton. Nadya membuka pintu kelas yang tertutup, mengintip penghuninya yang ternyata anak cowok semua. Ia kembali menutup pintu.
"Temenin masuk, dongg!"
"Yeuu, ya udah, ayo!"
Nadya dan Jazlyn memasuki kelas berbarengan. Si imut menyimpan tasnya di sembarang meja. Ia mengedarkan pandangan, berniat mengabsen anak cowok yang belum hadir.
Matanya membulat menemukan seseorang yang tidak ada didaftar absen anak 9'1 sesi 2. Ternyata, apa yang Parida dan Jazlyn bilang benar adanya. Emran asik bermain games dengan yang lain. Namun, di saat yang sama dia mendongakkan kepala. Mata indahnya bertemu dengan sepasang bola mata hitam pekat milik Nadya.
"Woyy, kirain Parida sama Jazlyn cuman mau ngeledek gue. Ternyata beneran ada Emran. Duhh, malu banget gue. Gue yang pemeran utama baru aja dateng, ehh, penonton malah udah dateng duluan."
"Keluar, yuk, Nad! Pengap gue di sini."
"Iyaa, ayo-ayo!"
Mereka keluar menghampiri Parida yang masih duduk di bangku depan kelas.
"Ihh, tau, gak, sih? Masa tadi pas gue lagi duduk-duduk di musala sendirian, eh ada anak kelas tujuh lewat bilang gini 'permisi, Bu'. 'Kan, malu bangett."
Kedua temannya malah tertawa mendengar cerita Parida. Pantas Adik kelas memanggilnya Bu guru, Parida mengenakan baju batik dan rok cokelat. Sebab Parida berperan sebagai guru dalam drama.
"Ya ampunn! Ha-ha-ha. Gak pa-pa, aamiinin aja, Lida. Siapa tau kamu benelan jadi gulu nanti."
"Ha-ha-ha, iyaa. Aamiin, deh."
"Ehh, ayoo latihan, yuk!"
Mereka latihan beberapa kali terakhir sebelum tampil nanti. Malangnya, kelas 9'1 sesi 2 juga mendapat urutan tampil paling akhir. Emran meninggalkan kelas, tidak mau mengganggu yang akan latihan. Saat editor masih menyiapkan sound, Nadya mengintip dari dalam kelas apa yang Emran lakukan di luar.
Ia menjumpai cowok berperawakan pendek itu tengah bermain bola di lapangan. Kakinya lincah menendang dan merebut bola dari lawan. Bibir Nadya terangkat membentuk senyuman.
"Duhh, cakep amat Bang kalo lagi main bola gini."
Emran berjalan menepi dari ujung sana menghadap kelasnya. Matanya melirik ke jendela, menyadari gadis imut memperhatikannya dari dalam kelas. Nadya yang merasa terciduk, segera memalingkan wajah.
"Gila! Lo gak usah geel, yee. Gue lihatin yang lain, bukan lihatin lo. Emang lo doang yang main bola? 'Kan enggak," gumam Nadya pelan.
"Ekhemm, ciee Nadyaa lihatin ayangnya muluu!" ledek Jazlyn yang ternyata juga memergokinya.
"Apaan? Gue cuman lihat lual, emang di lual cuman ada dia? Enggak, 'kan?"
Parida menghampiri dua temannya, mencoba menengahi. "Udahh, ayoo mulai, Nadd! Kita baris dulu."
Nadya berbaris tepat di depan Naveed. Di atasnya persis ada kipas yang berputar cepat, memberikan angin untuk seisi kelas. Bukannya senang karena merasakan langsung anginnya, Nadya malah sebal sebab angin merusak jilbab segitiganya yang sudah rapih. Namun, Nadya tidak begitu peduli, ia terhanyut dalam lamunannya dan senyum-senyum sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Sekadar Halu vSMP
Teen FictionBukan Sekadar Halu versi SMP Attention ❗ ➷ Mau plagiat cerita saya? SIAP-SIAP TEMUI SAYA DI PENGADILAN AKHIRAT! ➷ No judge! Kalo mau kasih masukan, yang baik ya. Sila ambil baiknya n buang buruknya. ➷ Siders? Gpp, smoga cerita ini bisa mengedukasi k...