Forty Four [BSHvSMP]

4 2 0
                                    

Bismillah ...

Assalamu'alaikum. annyeong!

Sudah senyum hari ini? Jangan lupa buat bahagiain diri sendiri, ya?

Happy reading~

🎬🎬🎬

"Eh, tunggu, Nad!"

"Jangan lupa bikin laporan kegiatan, ya."

Nadya mendengarkan tanpa menatap matanya, ia mengangguk-angguk ragu dan melangkah kembali karena ia pikir Kamal sudah selesai berbicara.

"Satu lagi!" Nadya hampir mengumpat, untung ia cepat sadar sedang berhadapan dengan siapa. Ia kembali memberhentikan langkahnya dengan wajah tanpa ekspresi.

"Kalo bisa selesai Sabtu, ya. Nanti langsung dikirim ke gue. Udah itu aja. Makasih, ya."

"Oke."

****

Kaki Nadya kembali berpijak di sekolah untuk mengurus laporan lomba kemarin. Beberapa menit Nadya habis digunakan menunggu Kamal. Untungnya ia tidak seperti orang linglung dan memilih memainkan ponselnya.

Tepat saat Nadya mengedarkan pandangannya, Kamal muncul dari gerbang. Ia lantas berdiri.

"Sorry lama, tadi gue ngambil hp dulu. Ketinggalan soalnya."

Ruang TU kehabisan kertas A4, Kamal menelepon temannya menanyakan keberadaan kertas-kertas itu.

"Nad, lo bawa duit, gak?" Nadya menggelengkan kepala dengan lugunya.

Kamal berdecak, terdiam beberapa saat memikirkannya. Lalu ia kembali bersuara. "Lo tunggu di sini, ya. Gue mau ngambil kertas A4 dulu. Gak lama, kok."

"Ini gue disuluh nunggu belapa lama? Nanggung kalo duduk, apalagi balik ke halte. Tapi, pegel juga kalo beldiri telus kayak gini," gerutu Nadya pelan.

"Ada gulu, gue malu ih dilihatin. Mana si Kamal? Lama banget, tuh olang kemana, sih?"

Kaki Nadya tidak bisa diam, terus bergerak ke kanan-kiri dan mengulanginya berkali-kali. Sampai Kamal kembali, kaki Nadya baru bisa diam.

"Sorry lama. Yuk," tanpa membuang waktu, Nadya mengekori Kamal ke ruang TU.

Mereka menge-print berdua saja, bersama beberapa guru yang masing-masing fokus dengan laptop dan komputer.

"Ciee yang lagi pacaran," nyinyir seorang staff Tata Usaha pelan, tetapi terdengar oleh Nadya. Kamal? Entahlah, cowok itu terlalu fokus dengan komputer di depannya.

"Apa-apaan? Idih, amit-amit! Astaghfirullah, orang cuman urusan Osis doang. 'Kan, ini nih yang gue gak suka kalo cuma berdua sama cowok. Pasti ada aja yang ngira aneh-aneh. Ya, walaupun bercanda, tapi bercandanya gak lucu, Bu!"

Selesai laporan di-print, mereka pergi ke ruang OSIS. Entah untuk apa, Nadya ngikut saja.

"Bawa pulpen, gak, Nad?"

"Enggak."

Kamal menghela nafas gusar. "Lain kali kalo mau ngajuin proposal atau laporan, bawa pulpen buat tanda tangan, ya. Nanti lo tanda tangannya gimana kalo gak ada pulpen?"

"Bentar, ya. Gue nyari pulpen dulu."

"Ditinggal lagi? Oke, untung gua olangnya sabal. Nunggu sampe kaki pegel-pegel pun bisa," sungut Nadya begitu Kamal sudah jauh.

Jenuh hanya mondar-mandir tidak jelas, ia berniat memotret area sekolah sebagai kenang-kenangan pernah menunggu selama ini. Namun, ia mengurungkan niatnya karena Kamal sudah kembali.

Bukan Sekadar Halu vSMPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang