Bismillah ...
Assalamu'alaikum, annyeong!
Sebelum berkenalan dengan Emran, mari kita istighfar duluu. Jangan lupa istighfar tiap hari ya, shayy.
Astaghfirullahal 'adzim. Astaghfirullahal 'adzim. Astaghfirullahal 'adzim. Astaghfirullahal 'adzim. Astaghfirullahal 'adzim.
Selamat membaca~
🎬🎬🎬
"Ehh, ituu yang motoin siapa namanya? Emran, ya? Nadya katanya mau foto bareng sama lo."
Guna mengurangi rasa malunya, Nadya memilih berlari ke kelas dan bersembunyi di bawah meja. Ia dapat mendengar percakapan antara Jazlyn dan Emran.
"Ayoo aja gue, mah."
"Tuhh, Nadyaa, Emrannya ayo-ayo aja! Ihh, si bocah malah ngumpet, tadi katanya mau foto bareng."
"Apa, sihh? Enggak! Gue gak bilang kayak gitu, ya!" teriak Nadya dari dalam kelas.
Setelah merasa aman karena Emran tidak lagi di musala, Nadya keluar kelas menghampiri Parida dan Jazlyn.
"Yeuu, baru keluar! Kenapa sih lo? Tadi katanya mau foto bareng Emran."
"Ihh, gue gak bilang mau foto baleng dia, Lynn! Gue cuman bilang 'itu yang motoin gak mau foto juga?' Bukan belalti fotonya sama gue. Gue juga cuman belcanda, kok. Lagian, gue gak dibolehin foto baleng cowok sama Ummi gue."
"Ya elah, gak usah kasih tau Ummi lo. Gampang, 'kan?"
Nadya mengendikkan bahu, tidak mau mendengarkan omongan Jazlyn. Lebih baik ia menyahuti pertanyaan Parida.
"Nadyaa, boleh gak sih misal kita selama ini ngikutin ajaran yang lurus, terus sekali-kali gitu kita buat dosa? 'Kan pahalanya udah banyak. Jadi, gak pa-pa dong cuman berbuat dosa sekali aja."
"Bukan begitu konsepnya, Lidaa. Gini, walaupun selama ini kita belbuat baik, lajin ibadah. Belum tentu Allah nelima amal kita, 'kan? Dan, belom tentu juga sekalinya kita belbuat dosa, cuman dapet satu poin dosa. Bisa jadi, pelbuatan dosa kita itu menghapus semua amal baik kita."
"Ohh, gituu. Iya juga, yaa. Tuh, dengerin, Lynn! Anaknya Ummi Abi, nih! Kamu selalu nurutin omongan Ummi sama Abi kamu, gak, Nad?"
Si imut terkekeh kecil, lalu menjawab. "Gak selalu, sih. Telgantung juga. Tapi, selama itu baik buat aku, ya ... aku tulutin."
"Ehh, yang tadi minta foto bareng siapa?" tanya seorang cowok yang sudah bisa Nadya tebak siapanya meskipun tidak menoleh. Namun, Nadya juga dapat merasakan kalau Emran tidak sendiri. Melainkan ada temannya di belakang.
"Ini, 'kan? Nadyaa namanya."
"Ohh, Nadya. Ayo foto bareng! Gue yang ngajakin, nih!"
Ingin rasanya mengumpat saat itu juga. Mengapa Emran balik lagi dan sekarang malah mengajaknya foto?
Nadya menolak dengan gelengan. Ia tidak hanya takut akan larangan Ummi, tetapi Nadya juga takut dengan Allah. Takut Allah cemburu.
"Ayoo, hargain dong!"
Damn!
"Dia gak dibolehin foto bareng cowok katanya," sahut Jazlyn mewakili Nadya.
"Udah gak pa-pa, Nadd. Jauhan aja fotonya," saran Parida.
"Iyaa, tuhh. Kalo lo gak mau nyimpen fotonya, nanti kirim ke gue aja. Biar gue yang nyimpen," timpal Jazlyn.
Bagaimana ini? Batin Nadya menjerit. "Ya Allah, gimana ini? Kenapa malah jadi beneran? Gue gak enak nolaknya kalo orang udah nyinggung soal menghargai. Allah ... maaf, buat kali ini aja. Semoga ini yang pertama dan terakhir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Sekadar Halu vSMP
Roman pour AdolescentsBukan Sekadar Halu versi SMP Attention ❗ ➷ Mau plagiat cerita saya? SIAP-SIAP TEMUI SAYA DI PENGADILAN AKHIRAT! ➷ No judge! Kalo mau kasih masukan, yang baik ya. Sila ambil baiknya n buang buruknya. ➷ Siders? Gpp, smoga cerita ini bisa mengedukasi k...