Thirty Two [BSHvSMP]

4 2 0
                                    

Bismillah ....

Assalamu'alaikum, annyeong!

Mari istighfar terlebih dahulu.
Astaghfirullahal 'adzim. Astaghfirullahal 'adzim. Astaghfirullahal 'adzim.

Jangan lupa untuk selalu perbanyak istighfar biar hati tegar.

Happy reading~

🎬🎬🎬

Brukkk.

"Maaf."

Tidak hanya berbicara bersamaan, dua sejoli yang tidak sengaja bertabrakan sama-sama mengambil berkas kesehatan yang berserakan di koridor rumah sakit jiwa.

"Lo gak pa-pa?"

"Kamu gak pa-pa?"

Kedua kalinya, mereka bicara berbarengan.

"G-ghea gak pa-pa, kamu gimana?" jawab Ghea gugup, ia melemparkan pertanyaan balik.

"Aman, makasih udah bantuin."

Sorot mata tajam Aziel memandangi gadis di depannya yang menunduk. Ujung bibirnya tertarik sebelah tanpa sadar. Tersadar dari lamunannya, Aziel lantas pergi menyusul Ummi yang sudah duluan memasuki ruangan.

"Gue duluan. Sekali lagi, maaf dan makasih."

Begitu tiba di ruang Gian, Aziel mendudukkan dirinya di kursi sebelah Ummi. Disapa halus oleh psikiater tampan.

"Hey, gimana kabarnya, Bro?"

Tos. Keduanya ber-tos ria.

"Lebih baik dali sebelum-sebelumnya."

"Ada yang lagi disukai, gak?"

Pertanyaan Gian menyebabkan tubuh Aziel membeku di tempat. Desiran aneh belum hilang di dalam dadanya sejak insiden bertabrakan tadi. Aziel memperlihatkan deretan giginya.

"Ada."

Ummi menoleh kaget, selama ini Aziel tertutup dan tidak mau menceritakan siapa gadis yang dicintainya. Aziel juga biasanya hanya menyukai dari segi cantiknya, tetapi tidak sampai dibawa ke hati.

"Siapa, tuh?"

Tok tok tok.

"Permisi," salam hormat seorang gadis yang mengetuk pintu.

"Masuk." Gian mempersilakan setelah melihat siapa gadis tersebut.

Ghea memasuki ruangan Gian, menyodorkan beberapa berkas dan kotak makan untuk psikiater tampan.

Deg.

"Sebenernya siapa dia? Apa hubungannya sama Bang Gian? Sampe kasih makan siang gitu. Jangan-jangan ... dia istrinya Bang Gian?"

"Makasih, Ghe."

"Sama-sama, Bang. Dimakan, ya! Itu Ghea yang masak, loh."

Gian mengangguk dengan senyuman khasnya. Kepalanya mengisyaratkan gadis yang membawakannya makanan agar segera meninggalkan ruangan. Ghea melirik sekilas pasien dan orang tua yang sedang berkonsultasi dengan Gian. Matanya melebar mengetahui pasiennya. Walau masih ingin melihat, ia menunduk kembali menatap lantai rumah sakit.

Tangan Gian menepuk pundak Ghea yang terdiam. Tanpa mengangkat kepalanya, Ghea mengangguk dan berlari meninggalkan ruangan.

"Tadi siapa yang kamu maksud?"

Bukan Sekadar Halu vSMPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang