Forty Seven [BSHvSMP]

4 2 0
                                    

Bismillah ...

Assalamu'alaikum. annyeong!

Sebesar dan seberat apapun masalahnya, hadapi dengan senyuman dan tetap santai. Karena kita ada Allah yang Maha Besar.

Happy reading~

🎬🎬🎬

Teriknya matahari tidak menghalangi Aziel untuk pergi salat dzuhur berjamaah di masjid. Sepulang dari masjid, mata Aziel menangkap seorang pria paruh baya yang tampak kesusahan menyalakan mobilnya. Celingak-celinguk mencari seseorang yang lewat, tetapi sepanjang jalan tidak ada orang selain dirinya dan Aziel. Aziel mendekati pria itu, berniat menolong.

"Mobilnya kenapa, Pak? Mogok, ya?"

Pria itu menoleh, dengan keringat yang bercucuran ia menjawab. "Iya nih, Bang. Kayaknya bensin habis, deh. Tadi saya buru-buru lupa ngisi bensin. Di deket sini ada yang jual bensin gak, ya, Bang?"

"Waduh, pom bensin masih lumayan jauh dari sini, Pak. Di pelempatan jalan."

"Owalahh, begitu, ya," balas si Bapak bernada lirih.

"Maaf sebelumnya, Bapak lagi bulu-bulu gak, nih?"

Si Bapak menggeleng. "Gak buru-buru, sih. Soalnya ini mau pulang, tadi habis dari RSJ."

"Ohh ... eumm, bial saya bantu dolongin mobilnya sampe pom bensin. Boleh, Pak?"

"Kamu serius mau nolongin saya? Boleh bangett. Kalo gitu, tolong dorongin mobil saya, ya."

"Siap, Pak."

Aziel mengeluarkan tenaga dalamnya mendorong mobil hitam dari belakang. Sesekali ia berhenti, mengambil napas dan merenggangkan otot-otot tangannya. Tangan kekar Aziel berhasil mendorong mobil hitam hingga persis di depan pom bensin. Napas Aziel terengah-engah, hatinya terasa damai telah menolong orang.

"Alhamdulillah, maasyaa Allah! Terima kasih banyak, Bang. Terima kasih. Saya gak tau harus bilang apa, tapi semoga Allah membalas kebaikan Abang dengan berlipat ganda." Syukur 'tak terukur terpanjat dari pria paruh baya itu.

"Aamiin, sama-sama, Pak. Saya senang bisa menolong Bapak. Tapi, sungguh, saya lemah tanpa Allah yang membeli saya kekuatan buat bantu mendolong mobil Bapak. Jangan lupa ibadahnya dan belsyukul sama Allah, ya, Pak. Kalo gitu, saya pelmisi, Pak."

Baru Aziel berbalik badan, panggilan si Bapak menghentikan dia yang hampir melangkah. Aziel menoleh dengan raut wajah kebingungan.

"Ada apa, Pak? Ada yang bisa saya bantu lagi?"

"Ohh, enggak, Bang. Saya mau kasih ini, sebagai tanda terima kasih."

Bapak itu menyodorkan sebuah amplop cokelat tebal pada Aziel yang masih tidak percaya. Aziel menyunggingkan senyum tulus.

"Makasih sebelumnya, tapi maaf saya gak bisa telima uangnya. Saya ikhlas bantu Bapak, kebetulan emang sekalian pulang dali masjid. Lebih baik uangnya Bapak kasih ke olang yang lebih membutuhkan."

"Maasyaa Allah, Bang. Saya juga ikhlas ngasih ini buat Abang. Anggap aja ini rezeki dari Allah melalui saya. In syaa Allah, masih ada rezeki buat yang lebih membutuhkan. Tolong terima, ya? Buat modal usaha Abang."

Aziel menatap aplop tersebut, ia berpikir dua kali untuk menerimanya. Akhirnya Aziel menerima amplop itu dengan senyum yang merekah di wajahnya. "Telima kasih banyak, Pak. Semoga lezeki Bapak lancal selalu, dipelmudah segala ulusannya, belkah hidupnya."

"Aamiin, ya Allah. Oh iya, ini saya ada kartu nama. Kalo kamu butuh sesuatu, atau butuh pekerjaan bisa hubungi saya." Si Bapak juga memberikan kartu nama yang terima baik oleh Aziel.

Bukan Sekadar Halu vSMPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang