Thirty Four [BSHvSMP]

4 2 0
                                    

Bismillah ....

Assalamu'alaikum, annyeong!

Semangat untuk hari ini, sesekali boleh kok sedih. Boleh kok merasa capek. Boleh juga kalo kamu butuh teman untuk bercerita, boleh banget dm aku. Dengan senang hati aku bakal mendengarkan. Biar kita tumbuh bersama-sama, yya 💓.

Happy reading~

🎬🎬🎬

"Terus?"

"S-saya dulu emang pemalu, tapi semenjak pandemi saya belajal banyak dali olang dan saya mau belubah bial gak pemalu lagi. Jadi, saya telispirasi dali salah satu kenalan saya. Telus saya mikil, kayaknya jadi yang aktif, lamah dan bisa komunikasi dengan baik itu selu."

"Ohh gituu."

Muka judes Chesa membuat keringat dingin Nadya mengguyur tubuh mungilnya. Sudah kesekian kalinya Nadya menelan ludahnya sendiri.

"Oke kalau gitu."

Dari sini Nadya tahu, pertanyaan wawancara lebih sulit daripada soal ujian. Diberi waktu singkat untuk menjawab pertanyaan yang sangat berbobot. Dari sini pula Nadya belajar, yang menurut kita tidak baik, bisa jadi baik menurut Allah. Mungkin melalui ketegasan Chesa, Nadya bisa belajar lebih menguatkan mental.

Ia sama sekali tida menaruh harapan akan lanjut ke tes berikutnya. Karena Nadya merasa, harapannya kecil. Nadya tidak pantas menjadi bagian dari organisasi tersebut.

****

Malam ini Nadya akan menginap di rumah Neneknya yang terletak di Kota Patriot karena esok ialah hari pernikahan Bibinya. Di saat mentari sedang panas-panasnya, Nadya dan Izzah membantu Kareema—Neneknya membuat bolu kukus untuk seserahan pernikahan.

Kurang seru kalau tidak ada bocil yang turut mengganggu. Yusuf dan Nadya tarik-menarik mixer, mereka sama-sama ingin mengocok adonan. Yusuf yang keukeuh dan Nadya yang tidak ingin mengalah. Si imut merasa Yusuf terlalu kecil untuk ikut andil dalam hal ini, yang ada malah merecoki saja.

"Dekk, bial Teteh aja. Yusup mending main deh, atau nonton Ipin Upin. Nanti takutnya belantakan ...,"

"Enggak! Yusup yang ngadukin ini!" Yusuf mengambil baskom besar berisikan adonan, ia memeluk baskom itu agar tidak direnggut. Nadya menghela nafas pasrah. Baiklah, Nadya akan mengalah. Ia menyalakan mesin mixer, Nadya dibuat tertegun melihat Yusuf yang dengan lincahnya menggerakkan alat pengocok adonan.

Namun, raut wajahnya berubah panik saat melihat lantai sudah penuh dengan adonan. Rupanya, sedari tadi adonan yang Yusuf kocok menyiprat lantai hingga berujung berantakan.

"Dek, stop, Dek!"

Dengan tampang lugu, Yusuf mendongak agar dapat melihat wajah Nadya. Aktivitasnya terhenti, ia mengangguk lucu dan langsung menaruh alat itu di samping baskom.

"Nih, lanjutin! Yusup udahan." Yusuf berdiri kemudian berlari mencari teman main.

"Hadeuhh bocah, bocah!" Walaupun mendumel seperti itu, Nadya tetap mengelap adonan yang berserakan tadi dengan kain lap.

"Kenapa, Dek?" tanya Izzah yang baru saja kembali dengan sebuah loyang bulat berisikan bolu yang sudah matang.

"Itu si Yusup, ikut-ikutan mau ngocok adonan. Jadinya kayak gini, deh."

Bukannya membantu atau berbelas kasihan, Izzah malah tertawa kencang.

"Dih, kok ketawa sih lo? Bantuin kek, pegel nih tangan incess."

Jangan salah, Nadya gitu-gitu juga suka narsis dan memiliki kepedean tingkat tinggi.

"Uluh-uluh, pegel, ya?" Nadya mengangguk seperti anak kecil. "Baru pegel. Belom pegel banget, kok."

Bukan Sekadar Halu vSMPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang