Eleven [BSHvSMP]

23 3 1
                                    

Bismillah ...

Assalamu'alaikum, annyeong!

Di part ke sebelas ini, aku mau ngingetin kamu untuk ngucapin terima kasih buat diri sendiri. Karena kamu juga perlu apresiasi diri kamu sendiri yang hebat melewati hari-hari yang berat.

Okay, let's read this chapter.
Happy reading~

🎬🎬🎬

Surat izin LDKS sudah dikumpulkan ke Bu Jessie tadi pagi usai literasi. Siang ini Nadya tidak melihat batang hidung Hiro muncul di kantin. Padahal niatnya tadi ke kantin hanya untuk sekadar melihat cowok itu. Namun, ujung-ujungnya dia ikut jajan melihat Eritha dan Lova jajan.

Sekarang tiga gadis tengah menyantap batagor kuah. Disusul Ashafi yang baru saja bergabung duduk di sebelah Nadya. Gantian, kini Lova dan Eritha yang duduk di samping kanan dan kiri meja Nadya.

"Ah elah, kurang pedes nih! Aturan tadi gue tambahin sebaskom ya sambelnya," gerutu Eritha dengan wajah merah. Padahal dirinya sudah berkeringat, tetapi apa tadi katanya? Kurang pedas?

Ashafi meminum kuah batagor lalu melirik Eritha sinis. "Yeuu! Nanti beser aja lo, ngomel-ngomel dah."

"Ya et dah, gak pa-pa kali. Tinggal cabut entar," canda cewek berambut sebahu itu.

"Canda, Pi," lanjutnya diselingi kekehan kecil yang Ashafi balas dengan gumaman. Sementara Nadya dan Lova bagian menyimak, mereka terlalu khusyuk makan.

Suara tawa dua orang yang Nadya kenali terdengar nyaring. Kedua cewek berjilbab memasuki kelas dengan napas terengah-engah seraya memanggil Nadya sedikit berteriak. "Nad!"

Nadya menoleh mengerjitkan dahi.

"Tadi ada Kak Hiro tau!" seru Indira bersemangat.

Reflek Nadya berdiri dan memukul meja. "Di mana?!"

"Di kantin," kini Warda yang menjawab.

"Iya, di sebelah mana?"

"Tadi si di tukang es, tapi gak tau masih ada atau enggak orangnya."

Tawa dari meja sebelah terdengar. Bisik-bisik tajam keluar dari mulut Celina dan Tisha menusuk indera pendengaran Nadya.

"Gitu amat saking sukanya."

"Najis gue mah, diem-diem ternyata alay."

Safiya hanya ikut terkekeh pelan. "Ih, gak usah gitu juga kali! Kasihan anak orang."

"Tau nih, dipanggil BK, mau?" Irene memasang wajah garang.

Ashafi menatap ke meja mereka dengan amat sinis. Ia tidak terima Nadya digosipkan!

Tanpa memperdulikan sekitar, tangan Nadya dengan cepat menarik tangan cewek berjilbab panjang untuk ikut bersamanya. Warda membuntuti dari belakang. Sepertinya ia tidak bisa melihat Nadya berdua saja bersama Indira.

Setibanya di kantin, Nadya celingak-celinguk mencari sosok pujaan hati. Namun, tidak ada sebatang hidung pun siswa di kantin. Hanya tersisa penjual dan penjaga kantin. Mungkin karena sebentar lagi bel berbunyi.

"Mana, Dil?" tanyanya pada Indira yang memberi info padanya. "Katanya tadi di tukang es."

Indira menggaruk tekuk kepala yang berbalut jilbab. "Kayaknya udah balik ke kelas, Nad."

"Atau mau tsamperin ke kelasnya?" usul Warda dengan senyum yang tidak bisa diartikan.

Nadya menggeleng cepat. Untuk apa sampai menghampiri ke kelasnya? Terkesan seperti cewek gatal yang selalu mengejar cowok.

Bukan Sekadar Halu vSMPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang